Pejuang Kemerdekaan R.M Soejitno Koesoemobroto Pernah Usir Penjajah Dari Bojonegoro

oleh -
oleh

Oleh : Redaksi

SuaraBojonegoro.com – Diantara kondisi yang sejuk dengan keindahan taman dan rindangnya pepohonan di alun alun kota Bojonegoro, berdiri sebuah monumen patung pahlawan kemerdekaan dengan sebilah samurai yang di selipkan di pingangnya, dimana sebilah samurai tersebut adalah senjata kebanggaannya saat melawan belanda yang ada di kota minyak ini.

Seperti yang bisa kita lihat berdirinya monument patung yang menghadap kebarat dan terbuat dari kuningan tersebut masih berdiri kokoh, hal tersebut menambah pesona keindahan taman Kota Bojonegoro serta dengan kemajuan zaman yang begitu pesat, besar kemungkinan generasi muda menyimpan seribu tanda tanya dalam benak mereka, siapakah sosok monument patung tersebut.

Monument patung yang di bangun pada tahun 1974/1975 adalah figure pejuang kemerdekaan yang bernama RM Soejitno  Koesoemobroto, dimana ia telah berjasa besar sebab ikut terlibat dalam mengusir belanda yang ada di Bojonegoro pada masa itu.

Serta berdirinya monument tersebut telah diresmikan oleh Pandam VIII Brawijaya Mayjen Wijoyo Suyono tepatnya pada tanggal 3 February 1975, dan bangunannya masih terlihat kokoh dan kuat di bagian tengah taman kota .

Pemerhati sejarah Bojonegoro F.J.X Hury menjelaskan bahwa Lettu Soejitno  bukan putra daerah asli Bojonegoro melainkan putra dari kabupaten tetangga, dengan nama lengkap R.M Soejitno  Koesoemobroto.

“RM Soejitno  Koesoemobroto lahir di kabupaten Tuban pada tanggal 4 Nopember 1925, Lettu Soejitno  adalah putra dari RM Koesoemobroto yang pada masa itu bapaknya menjadi orang no satu di Tuban,” terang pemerhati sejarah yang tergabung dalam Paguyuban Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB).

Sementara itu, R.M Soejitno Koesoemobroto telah mengeyam Pendidikan Dasar (ELS) di Tuban kemudian melanjutkan HOS nya di Surabaya akan tetapi belum sampai lulus kemudian menyelesaikan pendidikan setingkat SMP nya di Tuban.

Setelah itu Soejitno melanjutkan pendidikan di Syodenco (Perwira PETA) di Bogor. Karir Soejitno di awali pada zaman penjajahan Jepang sebagai perwira PETA (Syodenco) di Dai Ni Daidan Tuban.

“Setelah Indonesia merdeka Soejitno  masuk BKR, TKR, TRI, TNI di Batalyon Suharto Resimen 30 Divisi V di Tuban,” lanjutnya pria asal Padangan tersebut.

Tak berhenti disitu Lettu Soejitno  sempat berpindah ke Batalyon 16 Brigade Ronggolawe dengan pangkat Letnan Satu dengan jabatan sebagai Perwira Operasi, tepatnya pada awal tahun 1948. Dan ketika kles II tahun 1949 Lettu Soejitno  menjadi komandan perlawanan dan pertempuran di Palagan Temayang .

Sementara itu, Dinas Kebudayan Dan Pariwisata Bojonegoro (Disparbut) melalukan Kasi pengembangan budaya tradisional, Supardi  menjelaskan bahwa, pada masa peperangan tepatnya tanggal 15 Januari 1949, Lettu Soejitno  gugur dalam pertempuran melawan belanda.

“Pada tanggal 15 Januari 1949 terjadi pertempuran yang dahsyat dan Lettu Soejitno sebagai komando perlawanan dalam pertempuran di Palagan Temayang, dalam pertempuran tersebut ia gugur sebagai kusuma bangsa Di Desa Mulyo Agung, ” terang pria asal kepohbaru tersebut.

Oleh sebab itu pemerintah daerah Bojonegoro membangun monument R.M Soejitno  Koesoemobroto sebagai bentuk penghargaanya yang sudah berani dan mengorbanan dirinya dalam melawan penjajah yang ada di kota minyak ini.

Sementara itu Supardi juga berharap bahwa, dengan di bangunnya monument tersebut diharapakan agar generasi Bojonegoro terus mengingat jasa pahlawan yang telah gugur lebih dulu.

“Dengan berdirinya patung tersebut pemerintah Bojonegoro berharap agar seluruh generasi muda tau sosok RM Soejitno Koesoemobroto serta mengerti betapa beratnya dalam mengusir penjajah,” pungkasnya. (Red/SB)

No More Posts Available.

No more pages to load.