Kebangkitan Nasional dan Adaptasi Dengan Pandemi

oleh -
oleh

Oleh: Said Edy Wibowo*)

SuaraBojonegoro.com – Setiap tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Peringatan pada tahun ini, harus bertepatan dengan dua momentum penting yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang beragama Islam dan Bangsa Indonesia, yaitu bulan Ramadhan dan kehadiran pandemi Covid-19 yang semakin mengganas.

Pemaknaan terhadap momentum penting ini perlu dilakukan agar kita sebagai warga negara yang relijius dapat belajar bagaimana menempatkan diri dalam menghadapi persoalan bangsa yang tengah dihadapi. Mengingat, dua momentum penting sekaligus ini bertepatan dengan ujian bangsa yang tengah dihadapi, yakni pandemi virus Corona.

Pada sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peristiwa Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merujuk pada momentum bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Awalnya, perjuangan kemerdekaan dilakukan secara lokal di daerah sehingga sering menghadapi kegagalan.

Akan tetapi, sejak berdirinya organisasi pergerakan Boedi Oetomo 20 Mei 1908  yang diinisiasi oleh dr. Soetomo dan dr. Wahidin Soedirohosodo serta para mahasiswa, awal mula munculnya suatu kesadaran bersama tentang pergerakan memperjuangkan kemerdekaan di atas kemajemukan bangsa. Artinya, pergerakan memperjuangkan kemerdekaan sudah tidak lagi terkotak-kotak oleh sekat perbedaan. Semua bersatu dengan visi yang sama, yakni terbebas dari belenggu penjajahan.

Tanpa menafikan berbagai proses tahapan pergerakan nasional lainnya, momentum kebangkitan nasional pada saat itu merupakan embrio dan titik tolak bangsa ini untuk memiliki kesadaran betapa pentingnya sebuah negara mandiri, pentingnya rasa persatuan, pentingnya perjuangan dan pentingnya kemerdekaan dari penjajahan. Peristiwa ini menandai bangkitnya kesadaran nasional untuk berubah menuju bangsa yang berdaulat, merdeka dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya.

Pada konteks yang lebih luas, Kebangkitan Nasional sejatinya tidak hanya dimaknai sebagai sebuah gerakan perjuangan kemerdekaan bangsa, tetapi lebih dari itu adalah munculnya kesadaran untuk mendefinisikan identitas nasionalnya. Munculnya semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme yang merupakan hasil dari proses pemuda Indonesia merefleksikan bersama tentang kesadaran nasional. Gerakan ini selanjutnya menentukan bagaimana definisi Indonesia dalam imajinasi para tokoh pejuang kemerdekaan.

Ikrar “persatuan” dikumandangkan oleh tokoh-tokoh muda bangsa kala itu, dan selanjutnya kini senantiasa menjadi komitmen bersama. Sehingga, yang mengemuka di permukaan bukan hanya gerakan bersama melawan penjajahan, tetapi juga munculnya kesadaran Kebhinekaan.

Peringatan kebangkitan nasional yang bertepatan dengan  pandemi Covid-19, seyogyanya menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran bersama dan kepedulian bersama. Saat pandemi Covid-19 marajalela, uluran tangan kemanusiaan menjadi sangat berarti agar kita bersama-sama dapat keluar dari pandemi, yang kini menjadi persoalan bangsa menyeluruh di setiap provinsi negara Indonesia.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo: bahwa kita harus berdamai (beradaptasi) dengan Covid-19. Makna berdamai dikandung maksud adalah bahwa kita tidak bisa terus mengeluh tentang dampak Covid-19, mau tidak mau suka tidak suka Covid-19 akan selalu ada di muka bumi (seperti halnya yang disampaikan WHO). Diperlukan disiplin tinggi setiap lapisan masyarakat karena keras kepala dan kesombongan hanya akan membawa pada kerusakan dan bencana.

Sampai kapan selesai pandemi Covid-19?. Pertanyaan ini harus kita buang jauh jauh dari imajinasi kita. Tetapi dalam momentum Hari Kebangkitan Nasional kita harus berubah dan beradaptasi dengan hidup normal baru dengan tetap sesuai pada standar pencegahan Covid-19. Berdamai bukan berarti Virus Corona menang,kita menyerah dan pasrah pada keadaan. Bukan!. Tetapi kita harus bangkit untuk selalu taati aturan pemerintah dengan selalu menjaga protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Ingat manusia sudah lama hidup dengan virus lain malaria, tipus, TBC, DBD, SARS dll. Kemudian sekarang muncul virus baru yang bernama Covid-19. Maka kita tak boleh terus bertanya kapan virus reda?.. Yang terjadi nanti akhirnya manusia harus menggunakan senjata alami, yaitu Adaptasi. Karena semua harus beraktifitas secara normal dan bekerja petani, pedagang, tukang, ojek, guru, insiyur, penjahit hingga perawat dan dokter harus tetap kerja. Maka perlu adaptasi dengan Covid-19.

Kita tidak harus selalu kuat, karena sehat juga tentang jiwa, bukan hanya raga. Maka adaptasi dan pastikan jiwa kita bahagia. Adaptasi adalah senjata manusia yang ampuh, dengan cara apa Adaptasi itu?.
1. Meningkatkan standar kualitas hidup.
Selalu menjaga kebersihan, sering cuci tangan menggunakan sabun, selalu memakai masker saat keluar rumah, menggunakan standar pakaian untuk keluar ruangan, menjaga kebersihan, mengonsumsi makanan yang bergizi (buah-buahan, sayuran, makanan yang dimasak matang), dan tetap menjaga jiwa kita untuk tetap bahagia dengan hilangkan kepanikan.

2. Mematuhi aturan protokol kesehatan dengan _sosial distancing_ , _physical distancing_ dan konsumsi vitamin. Menjaga jarak dengan mengurangi aktivitas diluar rumah, menjaga jarak dengan orang lain dan menjaga imunitas tubuh kita adalah bagian dari adaptasi manusia untuk selalu sehat.

3.Selalu membawa _Hand sanitizer_ dan semprotan _Desinfectan_ Standar yang yang harus selalu dijaga oleh setiap manusia dalam upaya berdamai dan beradaptasi dengan Covid-19. Saat dimanapun selalu siaga, semprot tempat duduk yang akan kita pakai atau sebelum memegang sesuatu  sebagai upaya kita mencegah tertular Covid-19.

4. Selalu disiplin sesuai protokol pencegahan Covid-19.
Yaitu disiplin tidak mudik dan mematuhi aturan pemerintah. Yang disiplin akan bertahan, yang tidak disiplin mungkin akan menjalani imunisasi alami. Sakit lalu sembuh atau mendapat imun alami atau yang menurut Kesehatan dikenal dengan _herd immunity_.

5. PHBS dan menjaga Etika Batuk
Dengan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menjaga etika batuk dan bersin didepan umum.

Kedepan kita harus tetap bangkit untuk bersama mematuhi semua aturan dan anjuran yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah. Jadi, marilah kita jadikan arahan Pemerintah agar kita Damai atau Adaptasi dengan Covid-19 dan pada Hari kebangkitan nasional sebagi momentum untuk bangkit dan bergerak bersama untuk membantu sesama, mematuhi aturan protokol kesehatan agar dapat keluar dari krisis yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Kesadaran bersama ini penting agar upaya segera keluar dari pandemi dapat lebih terorganisir dan terstruktur secara baik. Sehingga, Kita dapat lulus  dari pandemi Covid-19 dengan sehat dan selamat. Aamiin..

Selamat Hari Kebangkitan Nasional
Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada.
Berjuanglah bangsaku, jalan itu masih terbentang. (**)

*) Penulis adalah Guru MAN 5 Bojonegoro dan Pegiat Pramuka Bojonegoro.

No More Posts Available.

No more pages to load.