Produksi Tahu di Bojonegoro Bergantung Kedelai Impor

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Beberapa pengusaha tahu dan tempe di wilayah Kabupaten Bojonegoro masih menggantungkan kedelai impor. Seperti di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro.

Makruf, salah satu Pengusaha Tahu asal Kelurahan Ledok Kulon mengaku, bahwa produksi tahu di rumah produksinya menggunakan kedelai impor. Pasalnya, stok kedelai impor selalu ada dibandingkan kedelai lokal.

“Bahan pokok menggunakan kedelai impor,” katanya kepada SuaraBojonegoro.com, Senin (10/9/2018).

Pria berumur 40 tahun ini menjelaskan, bahwa selain stok selalu ada, kedelai impor kualitasnya bagus dibandingkan kedelai lokal. Ukuran kedelai impor lebih besar dibanding ukuran kedelai lokal. “Bentuk kedelai lokal kecil,” ujarnya.

Meski demikian, ia juga menggunakan kedelai lokal. Namun hanya saat peteni kedelai di wilayah Kabupaten Bojonegoro panen. Jika petani kedelai lokal tidak panen atau tidak ada stok kedelai lokal dipasaran. Maka, ia tidak menggunakan kedelai lokal.

“Kendalanya, kedelai lokal itu ada saat petani kedelai di Bojonegoro panen. Sedangkan, musim panen kedelai lokal hanya di musim kemarau. Sehingga, masih mengandalkan kedelai impor,” ucapnya menjelaskan.

Sementara itu, Nanik, salah satu Pengusaha Tahu lainnya mengatakan, stok kedelai impor dipasaran banyak. Sehingga, perempuan berkulit sawo matang ini menggunakan kedelai impor. Ia mengaku stok kedelai lokal dipasaran tidak selalu ada.

“Masalahnya kedelai lokal itu tidak selalu ada,” kata Nanik.

Seandainya, lanjut dia, stok kedelai lokal dipasaran banyak. Maka, ia berasumsi, akan banyak yang menggunakan kedelai lokal. Kendala saat ini kedelai lokal bergantung pada musim panen. Sedangkan, musim panen petani kedelai lokal hanya di musim musim tertentu.

“Petani kedelai lokal panennya hanya di musim-musim tertentu, jadi stok dipasaran pun tak menentu,” ujarnya.

Meski demikian, kata Nanik, dalam proses pembuatan tahu ia mencampurnya dengan kedelai lokal. Artinya, saat pembuatan tahu, kedelai impor dicampur dengan kedelai lokal. Sebagai bahan campuran untuk menambah kualitas rasa tahu.

“Jadi, rasa tahunya lebih gurih dan enak. Tapi, kalau tidak tau berapa ukuran campuran kedelai lokal, maka rasanya tidak terlalu enak dan gurih,” kata Nanik.

Harga kedelai impor lebih mahal dibandingkan harga kedelai lokal. Harga kedelai impor Rp 7.300 per kilogram. Sedangkan, harga kedelai lokal Rp 6.500 per kilogramnya. “Harga kedelai impor berkualitas bagus memang lebih mahal,” pungkas Nanik. (yud)

Reporter : Wahyudi

No More Posts Available.

No more pages to load.