Persatuan Indonesia Bernafaskan Semangat Kebangsaan

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Keberagaman bangsa Indonesia adalah anugerah ALLAH SWT maka kita semua mesti bersyukur karena itulah kekayaan dan kekuatan bangsa. Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Bojonegoro, Nur Haminto menyampaikan, bahwa Bangsa dan Negara Indonesia harus memahami kembali prinsip Kebangsaan yang disampaikan Bung Karno pada 1 Juni 1945. “Bahwa kita mendirikan suatu negara kebangsaan Indonesia yang bulat. Bukan kebangsaan Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, tetapi kebangsaan Indonesia. Bukan Negara untuk satu orang, satu golongan, tetapi Negara semua buat semua,” katanya.

“Keberagaman suku, agama dan ras adalah anugerah yang harus disikapi dengan semangat saling menghargai hak masing-masing warga negara yang berhak mendapatkan perlindungan negara. Hal itu senafas dengan UUD NRI 1945 yang menjadi pegangan konstitusi semua elemen masyarakat,” tegasnya. Hal itu disampaikan Nur Haminto saat Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Desa Batokan, Kec. Kasiman, Bojonegoro, Minggu (9/9/2018)

Sementara itu, Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan MPR RI, H. Abidin Fikri, S.H., M.H. mengatakan, “Kini segenap anak bangsa harus kembali menginsyafi Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 bahwa, persatuan Indonesia adalah sikap kebangsaan yang saling menghormati keberagaman bangsa Indonesia; dan menegaskan bahwa persatuan Indonesia bernafaskan semangat kebangsaan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang senasib dan sepenanggungan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegasnya.

Abidin juga menyampaikan bahwa, kini kita semua harus memahami bahwa pada proses kelahiran hingga ditetapkan sebagai dasar negara, Pancasila adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Mulai dari Pidato Kelahiran Pancasila 1 Juni oleh Bung Karno di hadapan sidang BPUPK, Piagam Jakarta 22 Juni dan rumusan finalnya pada 18 Agustus 1945 itu semua satu kesatuan. Sejak itu Pancasila sudah final disepakati sebagai Dasar Negara.

“Maka itu upaya untuk memisahkan satu kesatuan proses tersebut adalah upaya yang ahistoris, kita harus memahami bahwa meskipun urut-urutan sila Pancasila 1 Juni hingga 18 Agustus mengalami perubahan urutan. Namun makna dan maksudnya tidak berbeda dari nilai-nilai Pancasila yang dijiwai oleh Pidato Bung Karno pada 1 Juni,” tegas Abidin. (SAS/LIS)

No More Posts Available.

No more pages to load.