Karang Taruna Dukung Program Satu Desa Satu Sarjana

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Program satu desa satu sarjana dengan pemberian beasiswa penuh yang disiapkan pasangan Calon Bupati (Cabup) Soehadi Moeljono, dan Calon Wakil Bupati (Cawabup), Mitroatin, disambut baik Karang Taruna. Mereka mempertimbangkan saat ini mayoritas pendidikan pemuda di desa masih setingkat SMA.

Sekretaris Karang Taruna Desa Prigi, Kecamatan Kanor, Siti Istikhomah, menyampaikan, jumlah pemuda di desanya cukup banyak. Mencapai puluhan. Hanya saja sebagian besar latar pendidikan mereka adalah SMA sederajat.

“Yang kuliah dan lulus kuliah kurang lebih lima orang,” kata dia kepada wartawan, Jumat (30/3/2018).

Setelah lulus sekolah sebagian besar para pemuda dari desa bantaran Sungai Bengawan Solo itu bekerja di luar kota. Ada juga yang berwiraswasta.

“Banyak yang tidak meneruskan kuliah karena memang terbentur biaya,” imbuh perempuan yang akrab disapa Mbak Is ini.

Diungkapkan, sebagian besar masyarakat di Desa Prigi adalah petani dan memiliki banyak anak. Sehingga, untuk melanjutkan kuliah dirasa berat karena orang tua masih harus menyekolahkan adik-adiknya.

“Kalau ada program beasiswa bagi para pemuda di sini, sangat setuju sekali,” tandasnya.

Diakui pendidikan sampai bangku kuliah sangat penting, agar anak-anak mendapatkan proses pembelajaran yang lebih baik.

“Kami berharap kepada Pemkab Bojonegoro mendatang untuk memberikan beasiswa bagi pemuda dalam meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat perkuliahan,” tukasnya.

Senada disampaikan Ketua Karang Taruna Kecamatan Gayam, Muh Kundori. Dia mengatakan, jumlah pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan di wilayah pemboran Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, itu sangat banyak.

“Rata-rata yang aktif berjumlah 100 sampai 150 orang setiap desa. Di sini ada 12 desa,” sambungnya dikonfirmasi terpisah.

Hingga saat ini pendidikan akhir para pemuda masih didominasi tingkat SMA sederajat. Namun ada juga yang melanjutkan ke bangku perkuliahan.

“Sekarang sudah banyak yang kuliah,” tukasnya.

Untuk pemuda lulusan SMA rata-rata bekerja sebagai buruh di proyek Banyuurip, dan berwirausaha. Sementara yang lulusan sarjana bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Kundori menyampaikan, ada beberapa faktor yang menyebabkan para pemuda di Kecamatan Gayam tidak melanjutkan kuliah. Salah satunya menyangkut biaya.

Karena itu pihaknya sangat mendukung program satu desa satu sarjana. Karena melihat kekuatan APBD, dan tiap desa memiliki Alokasi Dana Desa (ADD), dan Dana Desa (DD), dipastikan Bupati Bojonegoro terpilih mendatang bisa mewujudkan hal tersebut.

“Saya rasa bisa direalisasikan,” ucap Direktur LSM Tropis Indonesia itu.

Hanya saja, menurut dia, sebagian besar universitas di Bojonegoro belum menyediakan mata kuliah yang memberikan keterampilan khusus. Sehingga untuk persaingan di dunia kerja kurang mendukung.

“Yang banyak masih untuk guru, ilmu agama, ekonomi, hukum, dan lain-lain,” tandasnya.

Dia berharap, kepada Bupati Bojonegoro terpilih nanti, lebih serius dalam memberikan ruang belajar tidak hanya dalam jenjang perkuliahan saja. Sehingga penyebaran transformasi knowledge-nya lebih cepat terbangun.

“Semoga Bupati terpilih nanti bisa mewujudkannya,” pungkasnya.

“Dimintai tanggapannya, Cabup Soehadi Moeljono, mengakui jika tingkat ekonomi masyarakat yang menjadi salah satu penyebab masih minimnya orang tua menguliahkan anaknya. Karena itulah, lanjut Pak Mul, sapaan akrabnya, telah menyiapkan program satu desa satu sarjana.

“Program ini akan membantu orang tua dan anak-anak kita melanjutkan ke perguruan tinggi,” tegas Pak Mul.

Mantan Sekda Bojonegoro ini menambahkan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) ini merupakan investasi jangka panjang, akan dirasakan hasilnya bukan dalam waktu singkat.

“Harapan kita kedepan mereka bisa meningkatkan kualitas hidup diri dan keluarganya,” tegas cabup yang berpasangan dengan Kader NU Mitroatin ini. (*/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.