Kedepan Tak Ada Kesenjangan Sekolah Swasta dan Negeri

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Kesenjangan pembangunan pendidikan antara Sekolah Dasar Negeri (SDN) dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, begitu kentara. Selama ini lembaga sekolah di bawah naungan Kementrian Agama (Kemenag) belum mendapat perhatian lebih dari pemkab setempat.

Seperti yang terlihat MI Nurul Huda di Desa Jelu, Kecamatan Ngasem. Lembaga pendidikan yang berada di wilayah Lapangan Unitisasi Gas Jambaran – Tiung Biru (JTB) itu bertahun-tahun belum ada perbaikan sama sekali.

“Iya, bangunannya sudah reot,” ujar Musripah, warga setempat.

Kondisi ini membuat wali murid gelisah. Mereka selalu membahas peningkatan mutu pendidikan baik infrastruktur bangunan maupun sarana dan prasarana di sekolah tempat anaknya menimba ilmu. Tapi, masih belum ada solusi karena biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan sangat besar.

“Seandainya mampu, masyarakat sekitar pasti membantu, tapi katanya biaya yang dibutuhkan mencapai puluhan juta,” imbuhnya.

Selama ini kegiatan belajar mengajar di MI tersebut berjalan lancar, walau dalam keterbatasan. Jika musim penghujan, halaman sekolah terendam.

“Warga di sini ya sangat ingin membantu, tapi karena kebanyakan kerjanya cuma bertani ya bagaimana lagi,” imbuh wanita tiga anak ini.

Karena itu Musripah mendukung sekali jika ada program peningkatan infrastruktur di MI Nurul Huda. Agar
lembaga pendidika setingkat SD ini bisa lebih bagus dan berkembang.

Salah satu siswa kelas VI, Muhammad Rozikin, mengaku, ada suka duka dalam proses belajar mengajar selama di MI Nurul Huda. Perasaan senangnya karena dia masih bisa bersekolah di dekat rumahnya, serta mendapatkan pelajaran agama dan pendidikan formal seperti harapan orangtuanya.

“Sedihnya, kalau hujan turun dan ada angin kencang. Pasti semua terpaksa dipulangkan meski pelajaran belum selesai,” ujarnya.

Tidak hanya itu, pada saat duduk di kelas I sampai IV, terpaksa berbagi ruangan dengan siswa di kelas lainnya. Karena, masing-masing kelas hanya dibatasi dengan triplek saja.

“Tempatnya sempit, belajar ya tidak fokus karena kelas sebelah selalu ramai,” imbuhnya.

Rozikin berharap segera ada perbaikan agar para siswa bisa belajar dengan nyaman, dan tenang. “Sangat senang kalau dibantu perbaikan, mudah-mudahan bisa terwujud,” tandasnya.

Menanggapi hal itu, sala satu Calon Bupati (Cabup) Bojonegoro, Seohadi Moeljono, mengakui jika selama ini masih ada kesenjangan pembangunan antara MI dan SDN. Karena itu, kedepan dirinya bersama Cawabup, Mitroatin, telah menyiapkan program peningkatan layanan mutu pendidikan melalui perbaikan sarana dan prasarana bagi lembaga pendidikan. Baik itu yang berstatus negeri maupun swasta.

“Bagaimanapun juga mereka yang sekolah di swasta adalah anak-anak Bojonegoro, generasi kita yang akan meneruskan pembangunan,” tegas mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Bojonegoro yang sudah 32 tahun mengabdikan diri sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di pemkab setempat. (*/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.