Bu Mit: Kedepan Guru Madin Harus Lebih Sejahtera

oleh -
oleh
FOTO : Hj Mitroatin saat berkunjung ke Desa Tambahrejo, Kecamatan Kanor.

SUARABOJONEGORO.COM – Keberadaan Madrasah Diniyah (Madin) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memiliki andil besar dalam pembentukan karakter.  Sayangnya, lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah itu, belum sepenuhnya mendapat perhatian pemerintah.

Selama sepuluh tahun terakhir lembaga non formal ini belum menunjukan kemajuan secara fisik maupun non fisik. Sampai saat ini, gaji yang diterima para pengajarnya masih jauh dari layak.

“Bagaimana dikatakan sejahtera, jika gaji yang diterima dalam satu tahun hanya enam sampai tujuh bulan saja,” kata salah satu guru Madin Daarul Ma’arif di Kecamatan Bojonegoro, Sodikin, kepada wartawan, Kamis (01/03/18).

Sodikin tidak menyebutkan secara gamblang berapa jumlah nominal gaji yang diterima tiap bulan. Meski demikian, pria yang akrab disapa ustadz Sodikin ini, mengaku bersyukur mendapatkan gaji tersebut. Meski terbilang sangat kecil.

“Berapapun tetap kami terima, daripada tidak sama sekali,” ujarnya sambil tertawa.

Selama ini belum ada bantuan dari Pemkab Bojonegoro untuk lembaga yang dinaunginya. Hanya saja, dalam satu tahun, sebanyak dua atau tiga kali mendapatkan pendampingan, serta kunjungan dari kantor kementrian agama setempat.

“Inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi semua pengurus lembaga Madin di Bojonegoro. Kalau tidak pintar-pintar mengelola managemen dengan baik bisa-bisa ya berantakan,” jelas ustadz Sodikin.

Dia berharap kepada Bupati Bojonegoro terpilih nanti, dapat mewujudkan impian muslimat Nahdliyin untuk mendukung kemajuan Madin.

“Lembaga ini milik siapa, kalau Cabup Cawabup merasa warga Nahdliyin, kami sangat berharap siapapun yang menjadi pimpinan nanti mendukung perkembangan Madin ini termasuk kesejahteraan para pengajarnya,” harap ustadz Sodikin.

Senada disampaikan uswatun Khasanah, Guru Madin Baiturrohman di Kecamatan Sumberrejo. Selama ini pemerintah daerah dinilai sangat kurang memberikan perhatian, termasuk kesejahteraan para pengajar.

“Bojonegoro kaya akan minyaknya, menyumbangkan hampir 25 persen kebutuhan minyak untuk bangsa Indonesia. Apa tidak ada sebagian keuntungan itu untuk guru-guru pengajar Madrasah seperti kami,” timpal Uswatun penuh tanya.

Padahal, menurut Hj Uus, begitu sang ustadzah akrab disapa, melalui lembaga inilah karakter generasi muda terbentuk untuk membentengi diri dari perbuatan tercela.

“Dengan pendidikan agama, karakter anak-anak kita bisa terbentuk dan terarah di tengah derasnya arus globalisasi dunia,” tandasnya.

Pihaknya berharap, siapapun yang menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro nantinya bisa memberikan kesejahteraan para pengajar.  Meskipun mereka melakukannya dengan ihlas.

“Semoga bisa memberi perlindungan, kesejahteraan, dan meningkatkan mutu pendidikam Madrasah Diniyah ke depan,” pungkasnya.

Menanggapi hal itu, Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bojonegoro, Mitroatin, mengakui jika selama ini lembaga Madin belum mendapat perhatian khusus.

“Sebelum saya menjadi kepala desa, sebelum saya menjadi Ketua DPRD Bojonegoro, saya ini guru Madin. Jadi saya tahu dan merasakan betul,” sambung Mitroatin dikonfirmasi terpisah.

Kedepan, tegas dia, jika bersama Cabup Soehadi Moeljono terpilih akan memberikan perhatian khusus kepada Madin, dan meningkatkan kesejahteraan pengajarnya.

“Karena ujung tombak dari pembentukan karakter generasi mendatang tidak lepas dari peran guru-guru Madin. Untuk itu ke depan bosda, bosdin, dan kesejahteraan guru madin akan kita tingkatkan,” tegas Kader NU ini. (yud/red)

Reporter : Wahyudi

No More Posts Available.

No more pages to load.