Program Baru Penanganan Banjir dari Pak Mul

oleh -
oleh
Reporter: Wahyudi

SuaraBojonegoro.com – Bagi warga yang menghuni bantaran sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, banjir telah menjadi bagian dari hidup, dan ritual alam saban musim penghujan.

Walau demikian mereka masih berharap ada strategi, dan program nyata dari pemerintah daerah untuk menanggulanginya.

“Kalau bisa membangun sesuatu yang bisa menghalau air gitu,” kata Nuraini (35), warga Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro, kepada wartawan, Sabtu (24/3/2018).

Luapan air sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, sudah dua hari terakhir memendam  permukiman warga disana. Sebagian telah mengungsi, dan mengusung barang berharga, dan hewan  ternak ke tempat aman.

Meski hari ini tren Tinggi Muka Air (TMA) mengalami penurunan yakni dari siaga 3 (merah) 15.01 Peilschal ke 14.61 Peilschal atau siaga 2 (kuning), namun air setinggi mata kaki orang dewasa masih menggenangi rumah, dan jalan setapak.

“Masih ada ini airnya, kalau di jalan malah aliranya agak deras karena dekat dengan sungai,” ujarnya.

Selama banjir terjadi para korban mendapat bantuan berupa nasi bungkus dan obat-obatan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Bojonegoro.

“Kalau bantuan lainnya saya kurang tahu, setahu saya ya nasi bungkus itu saja sehari dua kali,” tukas Nurani.

Ibu dua anak ini berharap, bupati terpilih mendatang bisa meminimalisir terjangan banjir ke pemukiman warga. Warga ingin tak   lagi kelelahan menghadapi banjir yang  datang tiba-tiba.

“Selama ada banjir ya tidak ada peringatan apa-apa, tiba-tiba langsung besar gitu airnya,” tukasnya.

Sementara itu, Karsiman (40), warga Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, mengaku sudah terbiasa dengan banjir yang melanda desanya.

“Antisipasi ya buat bangunan seadanya dari bambu di dalam rumah, manfaatnya untuk menampung barang-barang rumah tangga,” ungkapnya secara terpisah.

Meski banjir sekarang tidak sampai masuk ke dalam rumahnya, namun ada sebagian rumah warga yang kondisinya tergenang air. Untuk sementara mereka mengungsi ke tempat saudara yang lokasinya jauh dari desa.

“Jalan poros desa malah masih parah. Airnya selutut orang dewasa dan aliran airnya masih deras,” imbuhnya.

Bantuan yang didapat selama ini berupa nasi bungkus dari dapur umum yang dibuat oleh Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT), dan fasilitas kesehatan dari PMI.

“Belum pernah ada bantuan baju atau kebutuhan pokok lainnya,” tukasnya.

Pihaknya berharap Bupati Bojenegoro terpilih bisa lebih memperhatikan secara khusus warga di Desa Trucuk.

“Ya, pokoknya yang lebih baik dari sekarang saja,” pungkasnya.

Menanggapi keinginan warga korban banjir, Calon Bupati Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, kedepan akan memperkuat pembangunan sistem mitigasi bencana banjir di daerah terdampak di sepanjang Sungai Bengawan Solo, melalui penguatan tanggul sungai.

“Ini akan meminimalisir  kerugian bencana,” tegasnya.

Mantan Sekda Bojonegoro yang berpasangan dengan Cawabup kader Muslimat NU, Mitroatin,  ini akan menyiapkan  aplikasi sistem informasi peringatan dini bencana yang terintegrasi. Tujuannya, agar warga di sepanjang bantar sungai mengetahui sejak dini datangnya banjir kiriman dari hulu.

“Dengan begitu warga bisa mengantisipasi, dan meningkatkan kewaspadaan untuk menghadapinya,” pungkas Pak Mul, sapaan akrab Soehadi Moeljono.(yud) 

No More Posts Available.

No more pages to load.