Pasangan Mulyo – Atine Dalam Membangun Bojonegoro, Siap Selesaikan 2 Tantangan Besar

oleh -
oleh
Reporter: Monika

suarabojonegoro.com – Dalam perjalanan pembangunan dibidang Pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Bojonegoro,  ada banyak tantangan dalam sebuah penyelesaian pembangunan,  hal ini yang akan menjadi PR (Pekerjaan Rumah) dan harus diselesaikan oleh Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati (Cabup/Cawabup) Soehadi Moeljono dan Mitro’atin jika terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro kedepan.

Disampaikan Oleh Soehadi Moeljono yang saat ini masih menjabat Sekda (Sekretaris Daerah) Kabupaten Bojonegoro,  bahwa Keberhasilan dan berbagai pencapaian pembangunan daerah selama ini yang telah berlangsung, tidak menutup adanya kekurangan, kelemahan, kendala, dan ancaman, yang menjadi tantangan daerah.

“Dalam pandangan Kami, untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, Bojonegoro saat ini dan dalam 5 (lima) tahun kedepan dihadapkan pada, setidak-tidaknya, dua Tantangan Besar,” Kata Pak Mul sapaan akrab Soehadi Moeljono.

Tantangan besar yang dimaksud diantaranta adalah adanya sikap Ketergantungan tinggi pada Sektor Migas dalam pertumbuhan ekonominya, dan kedua adalah Gelombang disrupsi teknologi informasi dalam pemerintahan dan pembangunan daerah.

Ketergantungan tinggi kepada Sektor Migas dalam pertumbuhan ekonomi daerah, menurut hemat Kami, akan menimbulkan Kesenjangan Geografis, Kesenjangan SDM, dan Kesenjangan Produktivitas.
Kesenjangan Geografis Wilayah bagian utara Bojonegoro, yang dilalui oleh Sungai Bengawan Solo, selalu cenderung lebih maju dan lebih makmur daripada wilayah bagian selatan.

Hal itu membuat adanya Kesenjangan SDM (Sumber Daya Manusia) Daya serap yang sangat rendah dan sedikit dari Sektor Migas terhadap tenaga kerja Bojonegoro menjadi kontradiksi dengan kontribusi Sektor Migas tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

“Rendahnya serapan tenaga kerja tersebut menunjukan ketersediaan tenaga kerja daerah yang memenuhi mutu dan persyaratan yang sesuai dengan kebutuhan Sektor Migas sangat rendah,” Jelas Pak Mul.

Berikutnya menurut pak Mul adalah Kesenjangan Produktivitas, Sektor Migas menyumbang kontribusi besar kepada pertumbuhan ekonomi Bojonegoro, dilihat dari PDRB daerah.

Hal ini berbeda sekali dengan Sektor Pertanian, yang menyumbangkan kontribusi kecil dan produktivitas rendah dalam pertumbuhan ekonomi, namun memiliki daya serapan tinggi terhadap sumber tenaga kerja.

Kemudian dijelaskan adanya Tantangan Kedua yaitu Gelombang disrupsi teknologi informasi dalam pemerintahan dan pembangunan daerah akan menjadi berkah, apabila segera diantisipasi dengan akomodasi aplikasi teknologi informasi.

“Dan dapat menjadi bencana, apabila diabaikan atau dilarang penggunaannya,” Tambahnya.

Disrupsi Pemerintahan berbasis elektronik, E-Government, telah mulai dijalankan di Bojonegoro, dengan keterlibatannya dalam skema kerja global, Open Government Indonesia. Tuntutan kesiapan kualitas SDM bagi aparatur sipil negara menjadi prioritas. Ketidaksiapan aparatur sipil negara di Bojonegoro untuk mengikuti paradigma dan platform kerja baru ini hanya akan menimbulkan disrupsi teknologi informasi yang membuat mandeg jalannya pemerintahan yang efisien dan efektif.

Kemudian adalah Disrupsi Pembangunan daerah secara terbuka, dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai platform kolaborasi, menjadi ciri khas dan karakter kerja proses pembangunan saat ini. Kegagapan para pelaku pembangunan akan menyebabkan disrupsi pembangunan dan pelayanan publik, dalam menggunakan platform teknologi informasi ini, beserta logika berpikir dibaliknya yang bersifat terbuka, mengatasi batasan regulasi, berbasis inovasi (breakthrough dalam prosedur dan pencapaian output).

Dengan adanya dua tantangan besar ini pasangan Mulyo – Atine sudah melakukan pemikiran guna persiapan dalam menghadapinya, antara perbedaan tantangan yang ada akan ditempatkan pada posisi masing masing sehingga upaya pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat terus dapat dilakukan. (Nik/Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.