Brigjen Pol Yanto Tarah, Putra Daerah Yang Sukses Di Polri

oleh -
oleh
Reporter : Bima Rahmat

suarabojonegoro.com – Brigjen Pol Yanto Tarah, merupakan putra daereh Kabupaten Bojonegoro, atau tepatnya lahir di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Namun kurang lebih tiga bulan, keluarganya kemudian pindah ke Balikpapan, Kalimantan Timur, hal ini dikarenakan Bapaknya, adalah anggota Polri dan ditugaskan disana. Ada hal yang menarik dari sosok Jendral ini. Yakni pada saat dirinya pindah di Balikpapan, Yanto Tarah tidak tahu kapan tepatnya dirinya dilahirkan.

“Saya tahunya tanggal lahir ditulis di lemari oleh ibu di rumah Bojonegoro. Ternyata saya lahir 14 November 1962”, katanya.
Setelah menginjak bangku Sekolah Menegah Pertama, selanjutnya ia pindah lagi ke Bojonegoro dan masuk SMPN 1 dan dilanjutkan ke SMAN 1 Bojonegoro. Saat awal pindah ke Bojonegoro membuat Yanto Tarah bingung, lantaran terkendala bahasa Jawa yang belum dikuasainya.        

Dibalik kesuksesannya, Pria dengan pangkat bintang satu ini, dirinya sanagat mengagumi sosok Ayahnya, Muhamad Tarah, yang begitu akrab dengan masyarakat. Tidak heran jika saat Purna dari Polri Ayahnya menjabat sebagai ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar dan wakil Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro.

“Grapyak dengan siapa saja, Bapak juga pecinta seni dan ingin agar para pemuda mau dan bersemangat mengembangkan kesenian Indonesia. Karena latar belakang itu, Bapak sering
mengumpulkan pemuda-pemuda untuk mengisi kegiatan-kegiatan kesenian. Akhirnya tercetuslah komunitas dengan nama Artristik Bina Patria (Arbipa). Beliau membina pemuda-pemuda itu untuk main teater, belajar baca puisi, dan melukis”, ujarnya.

Kedisiplinan dan peraturan-peraturan yang dibuat oleh Bapaknya, membuat Yanto Tarah menjadi sosok pemuda yang rajin dan berdisiplin tinggi.

“Setiap hari saat jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, wajib tidur, kemudian Sholat dan ketika waktu menunjukkan pukul 19.00 maka harus belajar hingga pukul 21.00 dan Bapak saya paling tidak suka kalau di bantah, jadi tidak boleh anak itu membantah orang tua”, katanya mengenag sosok Ayahnya.

Berkat kedisiplinan dari Ayahnya itulah
Yanto Tarah, terinspirasi untuk masuk menjadi anggota Kepolisian. Pengalamannya yang pernah daftar di AKABRI, mungkin sulit untuk dilupakannya. Saat mendaftar, dirinya harus rela tidur di masjid di Surabaya. Pada hari terakhir penutupan, Polda sudah tidak menerima, ia pun pindah mendaftar ke Angkatan Laut (AL) karena waktu itu tempat pendaftaran masih sama.

“Pada detik-detik penutupan masalah belum hilang saat hendak mendaftar, ia dilarang masuk karena hanya memakai sepatu sandal. Beruntung, saat itu saya ketemua seorang PNS dan meminjam sepatunya untuk mendaftar. Dan saat itu Formulir pendaftaran tinggal 5 lembar, yang datang ada 20 an pendaftar sedangkan saya ada di barisan urutan nomer 12 atau 13. Mereka bilang formulir tinggal 5. Tapi atas kehendak Allah saya bisa mendaftar”, katanya.
Sebagai seorang putra daerah Bojonegoro, Yanto Tarah, yang kini menjabat sebagai Waka Polda Aceh ini mengaku akan siap membantu masyarakat Bojonegoro.

“Silahkan kontak saya jika butuh sesuatu, asalkan itu untuk kepentingan masyarakat dan kemajuan Bojonegoro, insyallah saya siap bantu”, pungkasnya, saat bersilaturohim di Kantor Pemuda Pancasila Bojonegoro. (Bim/red).

No More Posts Available.

No more pages to load.