Antara Seleksi, Kompetisi dan Politisasi

oleh -
oleh
Oleh : Muh. Nastain

suarabojonegoro.com– Akhir Oktober  yang lalu di Bojonegoro telah digelar even akbar seleksi ujian tulis perangkat desa  serentak se-kabupaten.

Dinamika seputar hasil koreksi dengan scanning dan  pelaksanaan seleksi  mengiringi even tersebut. Hingga  berdampak pada beberapa penafsiran dan asumsi negatif dan positif.

Namun begitu  polemik lambat laun mereda seolah tak menjadi bahan perbincangan di tengah kerumunan masyarakat.

Dinamika pelaksanaan seleksi ujian tulis perangkat desa di Kabupaten Bojonegoro pun mengundang beberapa oknum pejabat desa  yang dilaporkan kepada pihak berwajib karena dugaan penipuan yang sebelumnya dijanjikan  lolos menjadi perangkat desa. Bahkan peserta pun meggugat terkait proses pelaksanaan seleksi.

Tapi berbeda lagi dan sangat mustahil jika seandainya terdapat yang lolos ‘dengan cara yang sama” dab apakah juga melaporkan kepada pihak penegak hukum?

Semua bergantung pada moral masing-masing individu. Dan apakah sejauh ini sudah sukses “Revolusi Mental” di negara ini?

Hal yang menarik adalah apakah ada kaitannya Seleksi Ujiah Tulis Perangkat Desa  yang bersifat Kompetisi itu dengan kata politisasi?

Terlebih duku mencobs mengulas makna dari kata Seleksi, kompetisi dan politisasi.

Seleksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pertama adalah pemilihan (untuk mendapatkan yg terbaik); penyaringan. Kedua,
metode dan prosedur yang dipakai oleh bagian personalia (kantor pemerintah, perusahaan dan lainnya) waktu memilih orang untuk mengisi lowongan pekerjaan.

Di samping itu, seleksi (selection) menurut Mathis dan Jackson (2006,h.261) adalah proses pemilihan orang-orang yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di sebuah organisasi. Seleksi merupakan proses serangkaian kegiatan yang di susun sedemikian rupa.  Sehingga prosesnya selancar mungkin.  Dan yang memberikan kesan bahwa si calon tidak sedang di test.

Mereka tidak di seleksi karena mereka mempunyai ragam pendidikan atau pengalaman yang tidak perlu, atau mereka tidak mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi, atau mereka termasuk orang yang tidak di sukai.

Namun proses seleksi adalah usaha menjaring dari mereka yang nantinya di anggap bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ditawarkan. Mereka di anggap dapat memperlihatkan unjuk kerja yang diharapkan oleh para pimpinan organisasi.(Agus Sunyoto, 2008,h.48).

Sementara itu, menurut Veithzal Rivai (2008, h 170), seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang di lakukan setelah proses rekrutmen seleksi dilaksanakan.

Ha lini berarti telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan.
Proses pemilihan ini yang dinamakan seleksi.

Proes seleksi sebagai sarana yang digunakan dalam penentuan dan pelamar mana yang akan diterima.

Prosesnya di mulai ketika melamar kerja dan akhirnya dengan keputusan penerimaan. Berdasarkan itu maka kegiatan seleksi itu mempunyai arti yang sangat strategis dan penting bagi perusahaan.

Apabila dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen SDM secara wajar, maka proses seleksi akan dapat menghasilkan pilihan karyawan yang dapat diharapkan kelak memberikan kontribusi yang positif dan baik.

Oleh karena itu, perusahaan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelamar sehingga masing-masing akan mendapat kepuasan.

Sedangkan bila seleksi dilaksanakan secara tidak terbaik, maka perusahaan akan memperoleh dampak negatif, keluhan pelanggan atau publik yang tidak puas, produk yang dihasilkan berkurang dan tidak berkualitas yang akibatnya perusahaan akan menderita kerugian.

Karena itu, seleksi merupakan kegiatan yang benar-benar harus disiapkan secara baik melalui proses yang panjang dan karyawan itu dapat bekerja dengan motivasi yang tinggi serta berkarya secara maksimal.

Meskipun keputusan penerimaan akhir dilakuakan oleh manajer, departemen SDM mengevaluasi para pelamar mengenai kesesuaian potensi mereka melalui penggunaan prosedur-prosedur yang valid, atau dapat pula dilakukan bahwa proses seleksi merupakan serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskanvapakah pelamar di terima atau tidak.

Sedangkan makna kompetisi menurut KBBI adalah pertama,  persaingan:di antara para siswa harus diciptakan suasana — yang sehat dalam belajar. Kedua, pertandingan untuk merebut kejuaraan dalam gabungan perkumpulan olahraga (sepak boladan sebagainya). Dan ketiga adalah  sistem pertandingan olahraga yang mengharuskan semua pihak saling bertanding (berhadapan).
.
Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman ( 1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari strukturreward dalam suatu situasi

Nsmun apakah kaitannya antara seleksi, kompetisi dengan politisasi?

Politisasi megacu pada KBBI  adalah hal membuat keadaan (perbuatan, gagasan, dan sebagainya) bersifat politis.
Politisasi:dalam kamus politik adalah hal membuat sesuatu atau kejadian menjadi bersifat politik.

Contohnya.  kedatangan calon Bupati dalam kegiatan bakti sosial dipolitisasi seolah ingin mencari dukungan dari masyarakat.

Kata politisasi memang umum dipakai dalam arti negatif. Kata itu lazim diteriakkan ketika pejabat dan orang partai dianggap tidak tulus, berusaha mengukuhkan kekuasaan politik diri dengan mengorbankan orang banyak atau menyelewengkan makna sejati suatu situasi yang sebetulnya tidak bernilai politis.

Tentu saja si penuduh juga tak luput dari tuduhan balik bahwa mereka sendiri melakukan politisasi dengan cara menuduh orang lain berpolitisasi.

Politisasi di ambil persis dengan makna konotatifnya dari kata Inggris politicization. Politisir dari Belanda sudah di apkir.

Arti denotatif to politicize adalah menjadikan sadar politik atau menjadikan bersifat politik. Jadi tidak dengan sendirinya buruk negatif, tapi dalam pemakaian umum hampir selalu.

Lalu adakah kemungkinan  seleksi ujian tulis perangkat desa di Bojonegoro  yang bersifat kompetisi itu di politisasi?

Terlepas antara ada dan tidaknya kemungkinan politisasi itu, saya berharap serangkaian kegiatan yang telah usai itu nenghasilkan SDM yang benar-benar mumpuni dan handal di bidang formasinya. Dsn hasil dari kompetisi itu adil dan murni tanpa ada canpur tangan dam keberpihakkan. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.