Dilema Seleksi Perangkat Desa di Bojonegoro

oleh -
oleh
Oleh : Muh. Nastain

suarabojonegoro.com – Kamis, 26 Oktober 2017 di Kabupaten Bojonegoro berlangsung seleksi ujian tulis perangkat desa secara serentak.

Di setiap wilayah kecamatan.  seleksi ujian tulis  sebagian bertempat di lembaga pendidikan seperti di gedung  SMAN 1 Baureno.

Pagi sekira pukul 08.30 WIB para peserta tampak berseragam hitam putih bergerombol di luar gedung sekolah.

Ratusan peserta sebelum masuk ke ruang seleksi tulis mengisi absensi daftar hadir yang disiapkan tim pengisian perangkat masing-masing desa di luar gedung sambil nenunjukkan kartu peserta.

Beberapa saat kemudian sekira pukul 09.30 peserta diperkenankan masuk ke dalam gedung sekolah dan mencari ruang yang telah disiapkan panitia dengan menyesuaikan denah yang terpampang di pojok gedung

Peserta yang terlihat masih usia muda memasuki ruang dan menempati bangku sesuai dengan nomer peserta yang tertempel di pojok meja.

Selanjutnya pengawas membacakan tata tertib kepada peserta yang setiap ruang sekira 20 peserta. Peserta pun mendengarkan dengan seksama. Lembar jawaban komputer yang masih tersegel dalam amplop  lalu dibagikan. Kemudian lembar soal atau pertanyaan dibagikan.

Pengawas pun memastikan bahwa lembar pertanyaan masih tersegel dalam amplop besar kepada peserta. Guna kepastiannya.  pengawas menyodorkan berita acara untuk ditandatangi oleh dua peserta dalam ruang 15, bahwa amplop benar-benar masih tersegel.

Para peserta lalu mengisi data nama, nomer peserta, tanggal lahir di lembar jawaban komputer  menandatangani.

Lembar pertanyaan terdiri 100 pertanyaan dengan pilihan abjad A sampai E.  Sedangkan waktu memjawab selama 90 menit. Sehingga satu pertanyaan membutuhkan waktu kurang dari satu menit. Sehingga untuk mengisi LJK membutuhkan waktu yang cukup singkat.

Padahal untuk membaca dan memahami pertanyaannya membutuhkan waktu sekira 1 hingga 2 menit.

Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah berlalu satu jam atau 60 menit. Dan tampak LJK yang belum terisi sekira separuhnya. “Waktu tinggal tiga puluh menit lagi,’” tegas pengawas mengingatkan peserta.

Peserta pun terlihat gugup dan bergegas menyelesaikan isian LJK. Akhirnya waktu telah habis dan peserta satu per satu meninggalkan ruangan. Dan beberapa peserta masih menyelesaikan kelengkapan LJK. Tak lama pengawas mengambil satu per satu lembaran soal di masing-masing meja.

Para peserta lantas keluar dan meninggalkan LJK-nya. Di luar ruangan bergerombol beberapa peserta yang asyik bercerita perihal pertanyaan. “Hari ini kita dibingungno karo pertanyaan,” celoteh salah satu peserta.

Para peaerta lalu keluar gedung sekolahan SMAN Baureno menuju rumah mereka dan pulang.

Sore hari usai seleksi itu, puluhan warga atau yang sebagian peserta menyaksikan proses koreksi LJK yang disiarkan secara langaung melalui video streming di GOR SMT Terpadu Bojonegoro.

Satu per satu nama peserta, nama desa dan skor seleksi. Terlihat video streming berjalan dan terpampang skor rata-rata 50 an hingga skor nol (kosong).

Saat ada skor nol atau kosong.  Beberapa peserta menanyakan ihwal mengapa terjadi atau mendapatkan skor nol?
*Mohon ijin bapak..
Bersama ini saya menyampaikan bahwa,  Skor nilai dari hasil pembacaan kok bisa nol atau kosong?  Matursuwun,” tanya saya kepada pak Bupati esok harinya, Jumat (27 10).

Beberapa jam kemudian Bapak Bupati, Suyoto lantas membalas
 “Siap Bapak…..
Terkait dengan perolehan niliai hasil ujian Perangkat Desa 0 (nol), tadi malam juga terdapat beberapa peserta yg melaporkan kepada Tim ditempat lokasi scanning. Berdasarkan hasil pengecekan yg ditemukan bahwa kebanyakan ybs tidak menuliskan kode soal dan tanggal lahir.

Dalam proses scanning  tidak berani melakukan perubahan perbaikan karena ujian Perangkat Desa sifatnya kompetisi dan dikhawatirkan dianggap Tim berbuat curang.
Dump,” jawabannya saat dikonfirmasi.lewat nomer WA-nya.

Saya yang juga peserta seleksi perangkat desa lalu bertanya lagi. “Terimakasih atas jawabannya bapak.

Meskipun saya sudah yakin bahwa saya juga sudah menuliskan kode soal dan tanggal lahir.Tetapi hasilnya juga masih nol.
Terimakasih dan semoga hal ini bisa  menjadi bahan pertimbangan. Salam bahagia.

Sebagai tambahan. Sebenarnya saya tidak mempersoalkan hasil nilai yang nol bapak.

Bahkan saya kemarin pada saat akan menuliskan tanggal lahir dan kode soal, saya juga minta petunjuk atau arahan dari pengawas yang berada di ruang 15 (SMAN Bauremo).

Dan hal ini juga bisa dipertanyakan kepada pengawas
Trimakasih,” tanya saya mengakhiri.

“Trimakasih infonya.” jawab Bupati.singkat.
Saya pun terus bertanya panjang.

“Terimakasih kembali bapak.
Yang menjadi tanda tanya besar adalah kemana tulisan tanggal lahir dan kode soal yang sudah saya  tulis hingga berakibat fatal nilai saya nol atau kosong??

Sebagai pembuktian bahwa saya sudah menuliskan tanggal lahir dan kode soal bisa di cek kembali atau dengan mendatangkan ahli Telematika. Karena goresan atau bekas tulisan pensil pun tentu tetap ada atau merekat.

Terimakasih atas perhatian dari bapak. Bukan saya berprasangka buruk tapi setidaknya apa yang saya alami dan saya  sampaikan menjadi bahan koreksi dan bisa dipertimbangkan.
Salam”.

Dalam benak saya berpikir dan bertanya. Tanggal lahir dan kode soal sudah tertulis. Tapi kenapa mendapat skor nol?.

Lalu saya browsing di internet terkait dengan LJK pada ujian seperti pada UN yang juga menggunakan sistem koreksi cepat scanning.

Memang ada beberapa penyebab mengapa LJK tidak terbaca di antaranya pensil yang tidak 2b dan penulisan tanggal lahir yang tidak tertulis di LJK dan penyebab lainnya.

Lalu ada sebuah konsultasi saat browsing terkait dengan LJK yang tidak terbaca dan menyebutkan bahwa jika tidak bisa terbaca atau fatal tidak terbaca scanning bisa dilakukan koreksi manual. Dan itu menjadi tanggungjawab pemerintah atau tim koreksi.

Hal itu bisa dimungkinkan terjadi pada saat ujian UN yang juga menggunakan LJK. Jika hasil LJK siswa tidak terbaca otpmatis tidak akan lulus dalam UN.

Selasa (31/10) saya bertemu dengan teman yang berprofesi guru di sebuah lembaga pendidikan di Baureno. Dia juga mengikuti selaksi perangkat desa dengan skor 0 (nol).

“Saya juga tidak tahu kenapa hasil nilai saya kok nol. Padahal semua juga sudah terisi benar,’ ungkap Tofiq Widodo Apriyanto. Peserta yang berasal dari Desa Baureno dengan formasi Kasi Perencanaan.

Akhirnya saya dan Tofiq membuat surat pernyataan bersama yang ditujukan kepada Bupati dan instansi terkait lainnya di Bojomegoro. Perihal surat itu adalah pernyataan sikap atas hasil koreksi perangkat desa.

Berikut isi pernyataan kami; Menyatakan kekecewaan atas ketidak-adilan pada hasil  pengkoreksian dengan scanning LKJ yang berskor 0 ( nol ) atau tidak terbaca pada seleksi perangkat desa, Kamis (26/10/2017).

Bahwasannya kalau misalnya terdapat tanggal lahir dan kode soal yang belum dituliskan atau pun sudah, tapi tetap tidak terbaca, mestinya Tim bisa mengkoreksi dengan cara manual. Tanpa merubah hasil jawaban jika khawatir  dianggap curang.

Persoalannya adalah bukan pada curang atau tidak. Namun jika terdapat hasil nilai yang tidak bisa terbaca atau kosong itu sudah menjadi tanggungjawab dari Tim pengkorekai. Bisa dengan cara manual sehingga peserta  memperoleh hasil skor atau nilai.

Karena asumsi di masyarakat dengan hasil skor 0 (nol), soal tersebut tidak dijawab peserta atau memang jawaban salah semua.

Apalagi masyaralat juga tidak begitu memahami  dengan skor Nol itu kalau artinya LKJ tidak terbaca.

Semestinya ada inisiatif dari pihak Tim untuk bisa mengkoreksinya secara manual. Dengan begitu akan diperoleh  nilai berapa pun skornya.
Dengan hasil nol atau tidak terbaca merupakan sebuah ketidak-adilan dan tidak adanya apresiasi karya jerih payah pemikiran kepada kami dan kepada peserta lainnya yang bernasib Nol,  dan memang telah mengikuti seleksi.

Demikian pernyataan kami sampaikan untuk dapatnya diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan bijaksana dan manusiawi.

Sehingga kami mendapatkan keadilan dengan hak yang sama untuk memperoleh nilai atau skor. Sekeksi yang diikuti sekira 7000 lebih  peserta itu memang tampak lucu dan konyol. Bagamana tidak, soal berjumlah 100 pertanyaan dan waktu sebanyak 90 menit. Untuk membaca saja membutuhkan waktu 1 menit dan mengisi setengah menitan.

Alhasil nilai atau yang disebutt skor tidak bisa mencapai  skor 100. Salah satu contoh si formasi Kasun Wire yang berjumlah 7 peserta. Masing-masing peserta mendapat skor 57, 43, 39, 36, 13, dan 0. Skor sebesar itu masih di bawah 60 atau di bawah standar kemampuan. Apalagi memang dalam seleksi tidak ada standar nilai yang ditentukan untuk bisa lolos.

Namun ukuran nilai adalah jumlah skor. Padahal yang mengikuti seleksi itu juga terdapat lulusan S1 yang berskor 39 dan 36. Kalah skor dengan lulusan SMA dengan skor 57 dan 43.
Saya juga sempat bertemu dua perangkat desa yang sudah menjabat puluhan tahun  dan berkomentar soal seleksi perekrutan perangkat desa.

 “Seleksi jaman sekarang kok enak ya? Jaman saya ada tes tulis dan tes lisan selama beberapa hari. Tapi sekarang anak-amak masih usia 20 tahunan dan yang baru lulus S1 bisa langsung ikut seleksi tulis dan lolos. Tidak melalui proses yang lama seperti jaman saya,” kisah pak Bayan Ali, seorang perangkat desa di kecamatan Baureno.

Yaa.. Itulah dilema seleksi yang telah saya alami dan bisa menjadi pengalaman walau berskor nol. Setidaknya saya sudah turut memanfaatkan peluang seleksi pengisian perangkat desa.

Dalam benak terbersit, seorang guru atau pengajar atau pun pegawai untuk menjadi pegawai negeri sipil kadang dengan pengabdian puluhan tahun. Bahkan tidak diangkat sebagai PNS.

Apalagi guru pengajar yang puluhan tahun jiha harus dengan pengabdian dan mengikuti tes CPNS kadang hingga tiga kali masih gagal alias tidak lolos.

Namun untuk menjadi seorang perangkat desa degan syarat usia 20 tahun hingga 42 tahun dan memiliki ijazah atau sertifikat komputer bisa ikut seleksi dan lolos dengan skor. Tanpa ada pengabdian di desa, uji kelayakan dan kepatutan.

Dan hasilnya yang memperoleh adalah peserta yang sangat berusia muda-muda lolos dalam seleksi dan bisa menjadi perangkat.

Lalu untuk apa menyerakan ijazah atau sertifikat komputer jika tidak ada uji keahlilan komputer dalam seleksi perangkat desa itu?

Semoga dalam perekrutan kali ini menjadi pelajaran dan pemgalaman saya. Dan yang lolos dengan skor tinggi adalah SDM yang handal dan berkualitas,  meskipun usia masih rata-rata sangat muda. (*)

*) Penulis adalah mantan peserta seleksi perangkat Desa

No More Posts Available.

No more pages to load.