Kiprah Santri Dalam Mengemban Estafet Karakter Bangsa

oleh -
oleh
Oleh: Ika Nuril Afia

suarabojonegoro.com – Dalam dunia modern seperti saat ini, sudah dapat kita rasakan bagaimana dampak moderenisasi yang ada pada masyarakat. Dari kehidupan yang serba mewah, kegilaan akan kursi jabatan, hingga kemunduran karakter remaja yang memprihatinkan. Pemerintahpun selalu berinovasi untuk membuat kurikulum yang tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan semata, tetapi juga lebih menekankan dari segi karakter peserta didik. Bahkan pemerintah sempat menggagas adanya fullday school. Namun, cara yang ditempuh itupun belum juga dirasakan hasil maksimalnya.
Kini, masyarakat khususnya orang tua sudah mulai berpikir tentang strategi yang akan digali untuk mendidik anaknya agar menjadi seorang anak yang patut dibanggakan. Tidak hanya unggul dalam pengetahuan saja tetapi juga unggul dalam kepribadian.

Perlu kita sadari bersama, bahwasannya selain sekolah formal juga ada lembaga lain yaitu madrasah dan pondok pesantren. Di pondok pesanten tidak hanya mengajarkan kurikulum klasiknya saja. Di sana santri dibekali dengan lebih banyak pengetahuan umum, agama, serta banyak kegiatan bermanfaat lainnya untuk melatih kreatifitas santri. Selain itu, secara natural santri terbentuk karakternya ketika berbaur dengan santri yang lain, sehingga timbul jiwa socialnya serta dapat hidup sederhana. Di pondok pesantrenlah letak simulasi dari kehidupan di masyarakat sehingga menjadikan parasantri terlatih dalam berorganisasi.

Pesantren adalah wadah yang tepat bagi pembentukan karakter anak. Bagaimana tidak? Kontribusi yang dilakukan oleh para santri dalam kiprahnya sebagai generasi penerus sudah ada sejak zaman ulama terdahulu. Para  santri juga berperan dalam terbentuknya NKRI.Dan sebagai wujud penghargaan yang diberikan negara, pada tanggal 22 oktober pun dinobatkan sebagai hari santri sejak setahun lalu oleh presiden Joko widodo.

Penganugrahan santri of the year 2017 pun digalakkan untuk mengapresiasi para santri sebagai pejuang bagi penanaman akhlak dan karakter bangsa. Untuk itu, santrilah yang nantinya digadang sebagai penerus perjuangan para ulama, dalam penanaman karakter anak bangsa.

Untuk itu dapat kita rasakan, bahwasannya penanaman karakter pertama kali tidak dapat terlepas dari peran seorang ibu ataupun orang tua yang mengasuh kita,  tetapi apabila tidak diimbangi dengan pondasi agama dan control dari lingkungan yang bersinergi, maka karakter yang sudah terbentuk saat kanak-kanak akan mudah luntur dan terpengaruh.

Sudah sebagai tugas para santri bahwasannya sangat diperlukan adanya pondasi agama yang kuat dan didukung pengetahuan yang luas, agar untuk membangun karakter pada diri sendiri dapat terrealisasi dan nantinya kiprah parasantri juga sangat dibutuhkan untuk bias memberikan didikan yang positif bagi masyarakat umum. Sehingga estafet penanaman karakter tidak terhenti, serta NKRI pun tidak kehilangan jati diri.

*)Penulis Lahir di Bojonegoro, 13 Maret 1996. Beralamat di Desa Bendo Rt: 13 Rw:01 kec. Kapas kab. Bojonegoro. Alumni Pondok Pesantren Al-Rosyid Kendal Bojonegoro dan berstatus sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI BOJONEGORO Semester lima. 

No More Posts Available.

No more pages to load.