Desa Mojodeso Mendaptkan Anugerah PROKLIM 2017 Dari Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

oleh -
oleh
Reporter : Arum Sekar

suarabojonegoro.com –  Persoalan perubahan iklim sudah menjadi fenomena lingkungan yang nyata dan diakui sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kehidupan manusia. Kenaikan suhu bumi meningkatkan ancaman terhadap risiko terjadinya bencana terkait iklim seperti banjir, longsor, kekeringan, gagal panen, keragaman hayati, kenaikan muka air laut serta kesehatan manusia.

Perubahan iklim merupakan sebuah realitas yang telah dirasakan secara luas di berbagai belahan dunia, sehingga diperlukan aksi nyata untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim serta upaya pengurangan emisi GRK (gas rumah kaca) sebagai komponen yang diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan.

Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia, kamis malam (3/8) pada saat acara pemberian penghargaan PROKLIM (Program Kampung Iklim) di auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta.

Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, Siti Nurbaya memberikan penghargaan kepada kepala desa Mojodeso kecamatan kapas Kabupaten Bojonegoro dalam bagian dari acara pekan nasional perubahan iklim peringatan hari lingkungan hidup 2017. Siti Nurbaya mengatakan tahun 2017 ini ada 448 titik PROKLIM yang diajukan dan yang terpilih ada 30 titik dari 10 Propinsi.

Menurutnya perubahan iklim adalah salah satu instrumen yang menonjol dalam isu persoalan lingkungan. Untuk pencegahan dampak buruk dari perubahan iklim teraebut, perlu penanganan yang harus dilakukan dari tingkatan masyarakat paling kecil untuk menciptakan inovasi terobosan yang berkelanjutan.

Abdul Mu’in sebagai salah satu penggerak kampung iklim di Mojodeso menjelaskan banyak upaya yang terus dilakukan warga mojodeso dalam mengatasi persoalan lingkungan,mengingat di Bojonegoro rentan akan bencana baik Banjir dan kekeringan.

Maka masyarakat harus digerakan untuk mengatnisipasi Mulai dari pembuatan embung sebagai fungsi tadah hujan, sumur resapan dan satu juta biophorj yang kini sudah ada 2500 tiik, pendirian bank sampah, rumah kompos dan pemanfaatan pupuk organik, serta penanaman pohon kelengkeng,sirsak dan jambu merah disepanjang jalan untuk penghijauan.

Hal senada dikatakan Warsimin, Kades Mojodeso “di Mojodeso hanya sedikit potensi alam yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan perubahan iklim, namun mojodeso memiliki sumber daya manusia yang dapat digerakan secara berkelanjutan dalam menciptakan inovasi dan terobosan”. Dia menambahkan mojodeso selalu membuka lebar pintunya untuk belajar bersama dengan desa lain di  dalam maupun luar Bojonegoro dengan harapan untuk bisa menularkan virus kebaikan dan sebagai masukan untuk mojodeso sendiri kedepannya.

Sebelumnya Mojodeso juga mendaptkan penghargaan tingakt nasional dalam ajang lingkungan bersih dan sehat pada acara HARGANAS 2017 yang diselenggaran di Lampung. (Lis) 

No More Posts Available.

No more pages to load.