Dana Abadi Pendidikan: Katalisator Perubahan Tatanan Sosial

Oleh : Dr. Mukhamad Roni, S.E.,M.E*

SuaraBojonegoro.com – Pendidikan selalu menjadi fondasi peradaban. Bangsa yang besar tidak dibangun oleh sumber daya alam semata, tetapi oleh kualitas manusia yang berpikir kritis, beretika, adaptif, serta memiliki daya inovasi. Dalam konteks Indonesia, gagasan dana abadi pendidikan tidak sekadar instrumen fiskal, melainkan sebuah strategi jangka panjang untuk mengubah struktur sosial, mempersempit ketimpangan, serta membuka akses kesempatan yang lebih luas bagi generasi mendatang. Ia adalah katalisator perubahan tatanan sosial—mendorong masyarakat bergerak dari struktur ketergantungan menuju kemandirian pengetahuan.

Pendidikan dan Struktur Sosial
Salah satu masalah mendasar dalam pembangunan Indonesia adalah ketimpangan akses pendidikan antara kelompok sosial, wilayah, dan kelas ekonomi. Anak dari keluarga mampu memiliki akses pada sekolah berkualitas, teknologi pembelajaran, bimbingan akademik, bahkan jaringan sosial strategis. Sementara di sisi lain, jutaan anak dari keluarga miskin harus berhadapan dengan fasilitas terbatas, kualitas guru tidak merata, dan keterbatasan sumber daya belajar.
Ketimpangan ini menghasilkan reproduksi sosial: mereka yang lahir dalam keluarga kelas sosial rendah cenderung tetap berada dalam posisi rendah. Pendidikan tidak lagi berfungsi sebagai escalator sosial, melainkan menjadi penguat struktur sosial yang timpang. Bahkan pada tingkat tertentu, pendidikan menjadi bentuk baru eksklusi social siapa memiliki sumber daya, dialah yang menang.
Di titik ini, dana abadi pendidikan menjadi intervensi strategis yang tidak hanya memperbaiki fasilitas sekolah, tetapi mengubah distribusi kesempatan, pengetahuan, dan mobilitas sosial.

Dana Abadi sebagai Strategi Jangka Panjang
Berbeda dengan anggaran pendidikan tahunan yang habis dibelanjakan, dana abadi menyediakan sumber pembiayaan berkelanjutan dari hasil pengembangan aset. Ini menciptakan stabilitas pendanaan pendidikan yang tidak bergantung pada dinamika politik dan agenda jangka pendek. Negara tidak lagi terjebak pada pola investasi pendidikan yang fluktuatif, tetapi membangun ekosistem pembelajaran jangka panjang.
Skema ini memungkinkan beberapa langkah strategis:
1. Memperkuat kualitas SDM di daerah
Melalui beasiswa penuh, pengiriman guru, pelatihan profesional, hingga penyediaan teknologi digital di sekolah-sekolah terpencil.
2. Mendorong inovasi pendidikan
Pendanaan riset, pengembangan kurikulum modern, laboratorium pembelajaran, ekosistem startup pendidikan, hingga pembangunan pusat edukasi berbasis teknologi.
3. Membuka akses kesetaraan
Anak-anak dari keluarga miskin, desa terpencil, dan kelompok rentan mendapatkan kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan.
4. Menciptakan kemandirian daerah
Daerah seperti Bojonegoro dengan potensi fiskal besar dapat mentransformasi kekayaan sumber daya alam menjadi investasi permanen untuk pendidikan anak-anak daerah.
Dengan cara ini, dana abadi pendidikan bukan sekadar anggaran, tetapi agenda perubahan sosial terencana.
Transformasi Masyarakat: Dari Konsumen Pengetahuan Menjadi Produsen Pengetahuan
Selama puluhan tahun, masyarakat Indonesia berada dalam posisi konsumtif terhadap pengetahuan. Buku, teknologi, kurikulum, bahkan tenaga ahli mayoritas masih bergantung pada negara maju. Ketika dana abadi membiayai riset, membangun pusat inovasi, serta menguatkan universitas sebagai institusi ilmiah, maka arah peradaban bergerak: dari konsumen menjadi produsen pengetahuan.
Kekuatan sebuah bangsa di era digital bukan lagi pada memproduksi barang murah, tetapi memproduksi ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi baru. Inilah yang akan menggeser struktur sosial: kelompok masyarakat yang menguasai pengetahuan akan memiliki posisi ekonomi lebih baik, menciptakan kelas menengah berbasis kreatif, bukan kelas menengah konsumtif.
Katalisator Tatanan Sosial Baru
Ada tiga skenario perubahan sosial yang dapat dimunculkan oleh pengelolaan dana abadi pendidikan yang baik:
1. Akselerasi Mobilitas Sosial
Ketika pendidikan berkualitas menjadi milik semua orang, bukan hanya milik kelas atas, maka struktur sosial lebih cair. Anak petani, nelayan, buruh bisa menjadi insinyur, peneliti, profesional kesehatan, bahkan pemimpin daerah. Pendidikan menciptakan jalur terobosan terhadap determinasi sosial berbasis kelas.
2. Reformasi Kultural
Dana abadi tidak hanya membiayai sarana fisik, tetapi membentuk budaya baru: budaya belajar sepanjang hayat. Masyarakat tidak lagi berhenti belajar di sekolah, tetapi membangun kultur membaca, riset, diskusi, inovasi digital, hingga budaya wirausaha berbasis pengetahuan.
3. Demokratisasi Pengetahuan
Ketika pengetahuan dikembangkan dari daerah, bukan hanya pusat, maka terjadi desentralisasi intelektual. Universitas daerah naik kelas, guru memiliki akses pengembangan, dan siswa desa belajar dengan fasilitas setara kota. Ini pada akhirnya akan menciptakan kecerdasan kolektif—modal sosial terbesar untuk membangun tatanan baru.

Baca Juga:  Pasangan MulyoAtine Akan Kembangkan Home Industri 

Tantangan Pengelolaan: Governance sebagai Kunci
Namun dana abadi bukan solusi otomatis. Tanpa tata kelola yang transparan, profesional, dan bebas dari kepentingan politik, ia bisa menjadi instrumen yang gagal. Tantangan utama mencakup:
• tata kelola investasi profesional
• akuntabilitas publik
• pemanfaatan berbasis data
• kontrol stakeholder
• keberpihakan pada kelompok rentan
• distribusi dana yang adil antar wilayah
Karena itu, model pengelolaan Harvard Endowment Fund, Norway Sovereign Wealth Fund, atau Malaysia Khazanah Nasional bisa menjadi referensi. Dana abadi harus dipisahkan dari intervensi politik jangka pendek, dikelola oleh ahli investasi, dan diarahkan untuk agenda pendidikan jangka panjang.

Contoh Strategi Daerah: Bojonegoro sebagai Lokomotif
Sebagai daerah dengan dana bagi hasil minyak dan gas yang besar, Bojonegoro memiliki modal untuk memimpin transformasi pendidikan berbasis dana abadi. Pengalaman investasi jangka panjang dapat diarahkan untuk:
• pembangunan laboratorium riset pertanian, energi, dan sosial
• sekolah unggulan berbasis riset dan teknologi
• pelatihan guru internasional
• digitalisasi sekolah desa
• inkubasi wirausaha pendidikan
• jaringan kemitraan global
Model ini bukan hanya membangun Bojonegoro, tetapi menciptakan role model nasional: daerah kaya sumber daya alam harus mengubah kekayaan ekstraktif menjadi kekayaan intelektual.
Kesimpulan: Warisan Peradaban
Dana abadi pendidikan bukan sekadar program, tetapi warisan peradaban. Di dalamnya terdapat gagasan besar: bahwa kekayaan negeri tidak boleh habis bersama sumur minyak, tidak boleh tenggelam bersama siklus APBD, tetapi harus bertransformasi menjadi kekayaan intelektual dan sosial generasi penerus.

Baca Juga:  Kwarcab Bojonegoro Launching Gudep Tangguh Semeru

Ketika dana abadi didesain dengan benar, pendidikan tidak lagi menjadi beban anggaran, tetapi investasi masa depan. Ia menjadi katalis yang mengubah struktur sosial, menguatkan kelas menengah berbasis pengetahuan, menghapus ketimpangan kesempatan, serta mempersiapkan masyarakat untuk era ekonomi baru.

Pada akhirnya, bangsa besar adalah bangsa yang mampu mengendalikan masa depan melalui pengetahuan. Dana abadi pendidikan adalah langkah konkret menuju cita-cita itu.

*Dosen Ekonomi Syariah, Peneliti Ekonomi dan Keuagan Syariah. Pendiri Rumah Literasi Bangsa