SuaraBojonegoro.com – Selalu ada yang berbeda pada acara Yudisium yang digelar IKIP PGRI Bojonegoro. Seperti yudisium tahun ini, untuk mengantarkan kelulusan mahasiswa, dosen secara kompak mengenakan kostum bertemakan lurik yang merupakan adat Jawa, khususnya Jogjakarta. Dengan tema utama lurik sederhana, masing masing fakultas memiliki kreasi tersendiri dalam penampilannya. Gagasan ini diwujudkan untuk memberikan pesan kasih sayang tersendiri kepada mahasiswa setelah berjuang selama kurang lebih 4 tahun dibangku kuliah.
Dr. Ernia Duwi saputri, MH selaku Ketua panitia menyampaikan bahwa, Yudisium adalah salah satu moment terindah bagi mahasiswa. Sebuah momentum dimana mahasiswa dinyatakan lulus dan harus siap menuju gerbang kehidupan nyata sebenarnya. Yudisium juga identik dengan nuansa kebahagiaan setelah para mahasiswa merasakan perjuangan meraih kelulusan.
Abdul Ghoni Asror, M.Pd salah satu Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa & Seni (FPBS) mengaku sangat senang dengan ide kostum yudisium tersebut. Bahkan Ghoni (Sapaan akrabnya) berhasil meraih predikat kostum terbaik diantara dosen lainnya. Dia menyampaikan bahwa ide kostum lurik ini bertemakan FPBS Syari’ah. Dengan jenaka Abdul Ghoni yang kesehariannya mengabdi di prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia menjelaskan makna kostumnya hari itu dengan Lurik Syari’ah (Atasan lurik dengan paduan bawah sarung).
Tidak kalah menarik, Dwi Erna Novianti, M.Pd (Dekan Fakultas Pendidikan Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam) menginisiasi perpaduan Lurik dengan Blangkon samin khas Bojonegoro yang dikenakan baik dosen pria dan wanita. Novi saapan akrabnya menjelaskan tema perpaduan lurik dengan blangkon khas masyarakat Samin Bojonegoro dipilih karena kedua kostum tersebut terhubungkan dengan konsep terbarukan ETNO-MATEMATIKA dengan filosofi mengintegrasikan konsep budaya dan ilmu matematika.
Aryo, mahasiswa peserta yudisium menyampaikan bahwa kebahagiaannya mengikuti selebrasi yudisium yang diadakan lebih dalam dirasakan melihat kekompakan bapak ibu dosen yang kesehariannya berlaku formal profesional namun pada saat yudisium tampak lebih santai dan out of the box pungkasnya. Aryo menitipkan sebuah harapan, ditengah kedaruratan negara saat ini para rekan mahasiswa yang telah lulus harus selalu berkomitmen mengawal demokrasi yang independen, serta NKRI selalu menjadi harga mati. (Red/Lis)