Jangan Lupakan Wisata Khas Bumi Angling Dharma

oleh -
oleh

Oleh : Reinno Pareno

SuaraBojonegoro.com – Sebagai kabupaten penghasil beras dan minyak bumi. Bojonegoro memang tak banyak menyajikan pilihan lokasi wisata. Namun banyak sejarah panjang yang khas dalam paket wisata. Pilihan itu bisa diberikan kepada semua kalangan, dari anak anak hingga dewasa. Tentunya untuk pengetahuan yang bisa memperkaya wawasan mereka.

Selain itu, sensasi tempat yang eksotis ketika bulan purnama juga bisa diperoleh. Wisata itu bisa dikatogorikan khas Bumi Angling Dharma, yakni di mulai dari bantaran Sungai Bengawan Solo di dekat Kantor Bupati Bojonegoro dan Alun Alun kebanggaan warga Bojonegoro. Lokasinya juga dekat dengan Pasar Bojonegoro Kota.

Memudahkan orang tua untuk mengajak anaknya. Anak anak bisa menikmati pantulan sinar air Sungai Bengawan Solo di malam hari. Serta musik perjuangan yang diputar di sekitar bengawan. Menarik kalau itu diwujudkan.

Apalagi di sana sudah dikenal dengan sebutan TBS (Taman Bengawan Solo). Di bantaran itu anak anak sekolah bisa mengetahui sejarah perjuangan Kerajaan Mataram dan cerita perdagangan menggunakan transportasi sungai di jaman sebelum kemerdekaan. Sekaligus perjuangan para pahlawan mengusir penjajah Belanda.

Semoga pandemi corona, segera berakhir. TBS dijadikan lokasi tujuan wisata dengan tata ruang yang dapat dinikmati warga. Dari TBS, bisa dilanjutkan ke Waduk Pacal. Simbol kemakmuran petani dan kekuasaan penjajah Belanda di masanya dahulu. Termasuk, waduk yang selesai dibangun Belanda di 1933 itu mengingatkan akan pertempuran yang tidak seimbang.

Pahlawan kita memakai bambu runcing dalam berperang mengusir penjajah dengan tak pernah lekang oleh waktu. Di waduk yang hamparannya sekitar 400 hektar di puncak Pegunungan Pandan. Bisa menikmati nyamannya dedaunan jati, suara gemercik air dan lekukan pegunungan yang menyamai padang hijau di kejauhan.

Di sana dapat berwisata, dengan berfoto diantara bangunan waduk, para pencari ikan yang berkeliling di seputar pinggiran waduk dan menikmati ikan bakarnya. Kemudian bisa menyapa, dengan masuk di pemukiman warga yang berada persis di gerbang masuk waduk, warganya ramah. Mereka berpenghasilan dari bertanam di tanah hutan dan ikan waduk.

Mereka sederhana dan jauh dari gemerlap. Rumah rumah mereka terbuat sebagian kayu dan bambu. Membuat hati tentram bersama mereka dengan berfoto pemandangan tebing bukit yang cantik. Namun paling tidak, pihak terkait dapat menangkap potensi di sana. Tentunya dapat menjadikan wisata khas Bojonegoro yang tak terlupakan.

Yakni dengan memoles, menjadikan waduk yang asri dengan ribuan orang yang datang setiap akhir pekan. Perjalanan wisata khas selanjutnya adalah di Kayangan Api Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem Lokasi paling indah dan asyik di Bojonegoro ini.

Di sana ada rindangnya hutan jati. Kayangan Api menurut legenda adalah tempat pembuatan keris Mpu Gandring dan apinya menyala abadi tak kunjung padam. Di sana bisa untuk melepas lelah, nongkrong dan berkuliner yang dijual oleh warga desa setempat. Banyak fasilitas yang bisa dinikmati di Kayangan Api. Namun sayangnya belum ada akses wifi, semestinya di lokasi yang sejuk harus didukung dengan fasilitas yang lengkap. Kemudian juga dibuatlah panggung permanen yang menyuguhkan seni dari para kelompoknya yang diketahui banyak ada di Bojonegoro ini.

Termasuk membuat pujasera kuliner khas Bojonegoro. Memulainya memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tentunya membuat Kayangan Api merasa dikunjungi dan tidak sunyi terus. Semoga wisata khas ini tidak kalah dengan adanya wisata modern, yang justru menghabiskan kocek dari kantong. Selain itu tidak membuat anak anak kita tidak bahagia, karena wisata modern di daerah lainnya lebih dahulu ada.

*) Penulis adalah wartawan Harian Duta Masyarakat dan duta.co onlinenya

No More Posts Available.

No more pages to load.