Terjangan Budaya Asing pada Generasi Muda dan Politik Indonesia

oleh -
oleh

Oleh : Risky Novia Rahmadany

SuaraBojonegoro.com – Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki komitmen dan memahami buah pemikiran dan cara pandang hidup yang disarikan para pendiri bangsa. Mereka telah membuat rumusan atau intisari yang digali dari jiwa bangsa ini, dari ruh bangsa ini, dari sikap hidup bangsa ini, yang berbhineka dan penuh nilai-nilai luhur. Maka kita sebagai warga Negara yang baik harus tetap menjaga nilai-nilai pancasila yang telah di bentuk oleh para leluhur.

Hari-hari ini Pancasila mulai dipudarkan, ideologi-ideologi dari luar dianggap lebih menarik dan dipelajari anak-anak muda masa kini. Mereka mulai lupa akan nilai murni bangsa dan beralih menjadi penggemar budaya asing.

Awal masuknya kebudayaan asing di Indonesia melalui penjajahan yang diakukan oleh orang asing, mereka tidak hanya mengambil rempah-rempah saja tetapi memasukan kebudayaan mereka di Indonesia sehingga kebudayaan rakyat Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.

Kebiasaan orang-orang barat yang biasa kita saksikan baik di media elektronik, cetak maupun secara langsung seperti cara berpakaian dan mode yang telah menjadi budaya masyarakat kita khususnya kalangan remaja. Pengaruh ini dapat merambat lebih cepat ke golongan bawah akibat artis-artis di jagad hiburan yang memiliki tingkat moderenisasi yang lebih tinggi. Dari perilaku dan gayanya itulah di lihat sebagai contoh dan layak di tiru karena di anggap lebih maju dan modern.

Umumnya kalangan remaja Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan yang mereka miliki. Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negrinya sendiri terkesan jauh dari moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya para remaja lebih menyukai kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri. Dan kini nilai-nilai kebudayaan kita semakin terkikis karena di sebabkan oleh pengaruh budaya Asing yang masuk ke Negara kita.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengembangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”. Seni-seni lokal dan nasional perlu tetap dilanggengkan, karena berakar dalam budaya masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni. Di sinilah awal dari kesenian menjadi kekayaan budaya dan “modal social – kultural” masyarakat.

Tidak berhenti pada kehidupan generasi muda yang mulai mengikuti gaya hidup orang asing, praktik demokrasi pun juga turut andil dalam penerapan budaya asing

Praktik demokrasi yang mengkiblat ke barat terutama demokrasi Amerika Serikat, tidaklah tepat untuk diterapkan di Indonesia.
Karakter bangsa ini sangat jauh berbeda, bangsa Indonesia memiliki akar sejarah sejak ribuan tahun silam, yang sudah terbiasa dengan gotong royong, musyawarah, wali adat, dan sistem kerajaan.

Hal ini berbeda dengan karakter bangsa Amerika Serikat yang baru berusia ratusan tahun. Bangsa Amerika Serikat tidak mempunya kebudayaan asli, mereka terdiri dari berbagai suku bangsa yang merantau, sehingga yang ada adalah suara mayoritas yang memerintah bangsa tersebut.
Dampak dari berkiblatnya kita terhadap demokrasi ala barat  bisa dilihat bagaimana bangsa kita menanggung ongkos politik yang sangat besar melalui Pilkada, pemilihan anggota dewan, dan presiden. Hasilnya bangsa kita menjadi terpecah-belah, muncul kerusuhan, bahkan praktik korupsi juga masih dilakukan pejabat publik.

Bangsa kita sebenarnya adalah bangsa yang santun, mengedepankan musyawarah, suka gotong royong, patuh pada tokoh masyarakat seperti dewan adat, kiai dan sebagainya. Tokoh-tokoh masyarakat itulah yang secara turun temurun membimbing bangsa ini. Sebenarnya para pendiri bangsa ini sangat memahami karakter bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan sebuah negara yang besar sangatlah sederhana hanya dengan syarat setiap warga negara Indonesia melaksanakan Pancasila secara murni. Apa maksud dari kata “murni,”? Maksud dari kata murni adalah menerapkan secara sederhana setiap sila yang terdapat di Pancasila.
Setiap anak bangsa akan merasa mempunyai induk, yaitu sebuah negara yang akan mengayomi dan merangkul siapapun dan bagaimanapun sesuai hak dan kewajibanya berdasarkan konstitusi.
Maka jadilah kita bangsa yang besar yang bangga dan mempunyai karakter yang sangat kuat. Jayalah bangsaku!

*) Penulis adalah Mahasisww Universitas Islam Malang

Foto Ilustrasi : Klik Warta

No More Posts Available.

No more pages to load.