Puasa dan Kesabaran

oleh -
oleh

Suatu Hari, seorang perempuan berkulit hitam datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Aku menderita penyakit ayan (epilepsi), ketika sakitku kambuh aku tak sadar hingga melepas pakaianku dan terbukalah auratku” kata perempuan itu, “Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”

“Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga” jawab Rasulullah, “tetapi jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.”

“Aku pilih bersabar” jawab perempuan itu mantap, “Maka doakanlah aku agar auratku tidak tersingkap ketika penyakitku kambuh.” Maka Nabi mendoakannya dan perempuan itu pun kemudian menjadi ahli surga.

Saudara-saudaraku,
Demikianlah salah satu contoh sabar dan bagaimana ia mengantarkan seseorang menuju surga. Kita, yang diuji tidak lebih berat dari perempuan berkulit hitam tersebut, mampukah memiliki kesabaran selevel dengannya, atau justru kita gemar mengeluh dan berputus asa dari rahmat-Nya?

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar : 10)

Kini kita berada di bulan Ramadhan yang disebut juga dengan syahrus shabr, bulan kesabaran. Dikatakan demikian karena pada bulan ini umat Islam dilatih untuk bersabar melalui ibadah puasa. Menahan lapar adalah latihan sabar. Menahan dahaga adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak berhubungan suami istri di siang hari adalah latihan sabar. Menahan agar tidak marah adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak mengumpat adalah latihan sabar.

Puasa itu setengah sabar (HR. Tirmidzi)

Maka di bulan kesabaran ini, kita perlu melatih dan mengasah tingkat kesabaran kita. Islam mengajarkan bahwa sabar itu ada pada tiga hal:

Pertama, sabar dalam ketaatan
Artinya seorang mukmin harus sabar menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun perintah itu berat dan dibenci oleh nafsunya. Seorang mukmin harus tetap taat pada hal-hal yang telah diwajibkan baginya meskipun banyak hal yang merintangi; mulai dari kemalasan dan faktor intern lain sampai dengan cemoohan orang, kebencian musuh Islam, dan faktor ekstern lainnya.

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah : 153)

Kedua, sabar dalam meninggalkan larangan
Adakalanya orang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, tetapi ia tidak sabar dalam meninggalkan larangan. Shalat dijalankan tetapi judi juga tidak bisa ditinggalkan. Puasa dilakukan tetapi ghibah tetap jalan. Sehingga ada istilah prokem STMJ, Sholat Terus Maksiat Jalan.

Kesabaran juga harus diimplementasikan dalam meninggalkan kemaksiatan dan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang mampu meninggalkan kemaksiatan, khususnya kemaksiatan emosional, seperti marah, disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang yang kuat, secara hakiki. Sebab ia telah mampu bersabar atas apa yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang kuat bukanlah orang yang bisa mengalahkan lawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah (Muttafaq ‘alaih)

Ketiga, sabar dalam musibah
Inilah makna sabar yang sudah banyak dimaklumi oleh kebanyakan orang. Meskipun, seringkali orang-orang keliru menggunakan istilah sabar. Yaitu saat seseorang mendapatkan kesulitan lalu ia pasrah tanpa berusaha menghilangkan kesulitan itu atau mencari solusinya dikatakan sabar. Padahal, sabar dalam Islam bersifat proaktif dan progresif, ia tidak statis tetapi telah didahului atau bersamaan dengan ikhtiar maksimal dan upaya untuk senantiasa mencari solusi atas problematika yang dihadapinya. Saat semua upaya telah dilakukan, saat ikhtiar mencapai batas maksimal, maka saat itulah sabar bertemu dengan tawakal. Ia menyerahkan kepada Allah. Dan sebab itu Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

 

Segala sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah-gulana, maupun duri yang mengenainya (adalah ujian baginya). Dengan ujian itu, Allah mengampuni dosa-dosanya. (Muttafaq ‘alaih)

Semoga di bulan Ramadhan yang juga dikenal sebagai bulan kesabaran ini kita mampu melatih kesabaran kita dan dikuatkan kesabaran kita oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.[]

sumber: http://www.bersamadakwah.com

No More Posts Available.

No more pages to load.