Kaum Perempuan Dukung Ada Industri Pengolahan

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM– Baru sebagian kecil perempuan Bojonegoro yang mau berkecimpung di sektor pertanian. Pekerjaan itu mereka lakukan ketika musim tanam sebagai buruh tandur (tanam), dan masa panen.

Masih rendahnya minat perempuan terhadap bidang pertanian inilah yang ditangkap pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup), Soehadi Moeljono dan Mitroatin, untuk melakukan transformasi struktural agar memunculkan sektor pengolahan dan manufaktur yang kuat.

BACA JUGA : Kalangan BPD Dukung Industri Pengolahan

Agar industri tersebut mampu mengangkat nilai ekonomi komoditas pertanian, dan membuka lapangan pekerjaan dalam jangka waktu panjang.

Aminatus Zahro (35), warga Desa Kaliombo, Kecamatan Purwosari, menyampaikan, selama ini masih banyak kaum perempuan di wilayahnya yang bekerja menjadi petani.

“Biasanya, kalau ada yang lulus sekolah dan menikah, kemudian mereka ikut bekerja di sawah,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (25/5/2018).

Selama ini hasil pertanian baik padi atau palawija selalu dijual ke tengkulak tanpa diolah terlebih dahulu. Itu terjadi lantaran masih rendahnya sumber daya manusia (SDM), dan kurangnya dukungan dari pemerintah dalam mengolah hasil panen.

“Keberadaan pabrik pengolahan hasil pertanian memang bagus, hanya saja harus tepat sasaran,” sarannya.

Sebelum membangun pabrik pengolahan industri pertanian, kata dia, pemerintah harus melakukan survei siapa saja  yang memiliki kemauan dan potensi untuk bisa mengembangkan industri tersebut.

“Selama ini kalau ada pelatihan atau semacamnya selalu tidak berkembang. Selain kurangnya kemauan warga juga tidak ada tindak lanjut dari pemerintah,” ungkapnya.

Dia berharap, bupati terpilih mendatang bisa mewujudkan industri manufaktur yang tepat sasaran, dan benar-benar mampu menyerap tanaga kerja lokal.

“Beri dahulu pelatihan, setelah bisa jangan ditinggal. Kalau bisa siapkan pasar untuk menjual produknya juga,” pungkas ibu satu anak ini.

Sementara Kinasih, warga Desa Ngunut, Kecamatan Dander, mengungkapkan, hasil pertanian terbesar di desanya adalah singkong. Setiap kali panen hasil tersebut langsung dijual kepada pedagang.

“Belum ada pabrik pengolahan, makanya langsung dijual,” sambung  wanita berusai 30 tahun ini dikonfirmasi terpisah.

BACA JUGA : Industri Manufaktur Hilangkan Pengangguran

Menurutnya, hasil pertanian di desanya bisa dikembangkan lagi melalui pabrik pengolahan, karena  banyak potensi wisata alam yang dapat dijadikan pasar dari produk olahan.

“Misalnya ada pengolahan singkong, itu kan bisa dijadikan peluang usaha dan pastinya membutuhkan tenaga kerja,” tandasnya.

Selama ini baik remaja putri maupun pemuda masih enggan bertani karena dianggap pekerjaan yang melelahkan, dan tidak mampu memberikan gaji setiap bulannya secara pasti.

“Kalau ada pabrik pengolahan, tentu membutuhkan tenaga muda dan terampil,” tandasnya.

Dia berharap, Bupati terpilih mendatang memberikan pelatihan agar pemuda pemudi di desanya menjadi produktif. Sekaligus bisa menjadi wirausaha yang sukses melalui pengembangan industri manufaktur.

“Dilatih agar punya kemampuan, dan mengembangkan diri untuk meningkatkan pendapatan,” pungkasnya.

Dimintai tanggapannya, salah satu Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, kedepan pihaknya telah menyiapkan program percepatan pembangunan industri jasa, dan manufaktur untuk meningkatkan nilai ekonomi komoditas pertanian, perikanan maupun perkebunan.

“Program ini akan mempercepat mengurangi kemiskinan, dan pengangguran. Nilai tukar petani akan lebih tinggi, dan banyak peluang pekerjaan yang tercipta,” tegas Pak Mul, sapaan akrabnya.

Disamping itu, lanjut dia, pihaknya juga telah menyiapkan program pelatihan bagi pemuda-pemudi Bojonegoro agar memiliki keterampilan, dan daya saing.

“Jadi ketika industri ini berjalan mereka sudah siap untuk terlibat secara langsung di dalamnya,” pungkas cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini.(lis)

No More Posts Available.

No more pages to load.