Kedepan Pemuda Bojonegoro Tak Perlu Bekerja ke Luar Daerah

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Ingin bekerja menjadi cita-cita sebagian besar pelajar di Kabupaten Bojonegoro setelah lulus SMA/MK/MA, terutama bagi mereka yang tidak melanjutkan ke bangku kuliah. Tanpa bekal keterampilan maupun pengalaman memadai, mereka ingin mencoba peruntungan di kota-kota besar sekalipun sekadar menjadi buruh pabrik.

Fenomena inilah yang ditangkap pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup), Soehadi Moeljono dan Mitroatin, untuk membuka lapangan pekerjaan dengan memaksimalkan potensi pertanian. Pasangan yang dikenal dengan sebutan “Mulyo – Atine” ini akan mempercepat pembangunan industri jasa, dan manufaktur agar pemuda usia produktif tidak bekerja ke luar daerah.

Harapan itulah disampaikan Yusuf Eko Saputra, pelajar SMA Negeri Gondang, Kecamatan Gondang. Pelajar asal Desa Krondonan itu telah lulus tahun 2018 ini, dan berencana ingin mengadu nasib ke Surabaya.

“Banyak teman yang kerja di sana. Inginnya setelah leberan nyusul ke sana,” kata Yusuf kepada wartawan.

Bekerja telah menjadi pilihan Yusuf, karena secara ekonomi keluarganya tidak mampu membiayai pendidikannya untuk melanjutkan ke bangku kuliah.

“Orang tua hanya buruh tani,” ucapnya lirih.

Menurutnya, selama ini mayoritas pemuda di desanya bekerja ke luar daerah setelah lulus sekolah. Baik sebagai buruh pabrik, tukang bangunan, cleaning service, maupun pekerjaan lain yang mengandalkan tenaga.

“Tak ada yang mau bertani. Di sini sawahnya tadah hujan, tidak bisa diandalkan untuk dapat penghasilan,” jelasnya.

Diakui, sebenarnya ingin bekerja di wilayah Bojonegoro, namun peluang pekerjaan yang ada sangat minim dan banyak pesaingnya.

“Kalau ada pekerjaan di dekat rumah kan enak, setiap hari bisa pulang, kumpul dengan keluarga. Biaya hidup juga tidak mahal kalau di sini,” tuturnya.

Senada disampaikan Sri Lestari. Lulusan SMK Temayang, Kecamatan Temayang, itu mengaku ingin mengadu nasib ke Jakarta setelah lebaran nanti.

“Ingin nyusul famili. Kebetulan nanti pas lebaran pulang, dan baliknya saya ikut ke sana,” sambung gadis berambut lurus itu.

Faktor ekonomi juga menjadi penyebab gadis asal Desa Pandantoyo itu tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi. Keluarganya hanya petani yang memiliki secuil lahan persawahan.

“Tidak ada biaya mau neruskan kuliah,” tuturnya.

Sekalipun belum mengetahui pekerjaan apa yang akan diincar di Ibu Kota, Lestrai, sapaan akrabnya, telah membulatkan tekadnya untuk belajar hidup jauh dari orang tuanya.

“Yang penting ke sana dulu, soal pekerjaan nanti bisa minta tolong keluarga yang di sana untuk mencarikan,” jelasnya.

Dua warga usia produktif pinggiran hutan ini berharap suatu saat di Bojonegoro terdapat sebuah industri berskala besar yang mampu membuka lapangan pekerjaan dalam jangka waktu panjang. Agar, pemuda usia produktif tidak perlu ke luar daerah hanya untuk mendapatkan pekerjaan.

“Apalagi setiap tahunnya pasti ada lulusan baru yang memerlukan pekerjaan,” pungkasnya.

Menanggapi hal itu, salah satu calon bupati Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, kedepan telah menyiapkan program Bojonegoro Mandiri. Program ini akan mempercepat pembangunan industri jasa, dan manufaktur untuk meningkatkan nilai ekonomi komoditas pertanian, perikanan serta perkerbunan  agar mampu membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Kami yakin dengan berdirinya industri ini akan banyak peluang jasa, usaha yang membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda usia produktif, sehingga mereka tidak perlu lagi ke luar daerah untuk mendapatkan pekerjaan,” pungkas Cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (lis)

No More Posts Available.

No more pages to load.