Prestasi Bojonegoro di 2020 dan Tantangannya di 2021

oleh -
oleh

Oleh: Ahmad Supriyanto*

SuaraBojonegoro.com – Tahun 2020 segera berakhir dan berganti tahun 2021. Banyak prestasi diraih Pemkab Bojonegoro. Ini menjadi catatan gemilang pemkab, selain capaian-capaian pembangunan infrastruktur yang boleh dibilang banyak peningkatan. Namun di tengah banyaknya prestasi tersebut, Pemkab Bojonegoro juga dihadapkan pada masalah yang cukup besar.

Beberapa penghargaan yang diraih pemkab Bojonegoro diantaranya, di bidang layanan penyedia informasi publik, meraih 7 penghargaan dari Komisi Informasi Jawa Timur. Dalam penghargaan ini ada dua desa yang masuk kategori desa terbaik, yakni Desa Prayungan Kecamatan Sumberrejo; dan Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang.

Pemkab Bojonegoro juga memperoleh penghargaan sebagai Kabupaten Sangat Inovatif di ajang Innovative Government Award (IGA) 2020. Raihan ini tak lepas dari inovasi-inovasi pemkab dalam hal pemanfaatan teknologi informasi untuk pembangunan, mulai penyediaan website desa hingga penggunaan beberapa aplikasi untuk pelayanan publik.

Saya mengapresiasi capaian prestasi Pemkab Bojonegoro di beberapa bidang. Pemanfaatan teknologi informasi, terutama di tingkat desa memang harus terus didorong, khususnya penyediaan informasi publik. Karena faktanya masih banyak desa yang belum terbuka soal anggaran dan penyediaan informasi publik. Padahal di satu sisi, masyarakat sudah melek teknologi dan memerlukan kemudahan-kemudahan mengurus administrasi.

Tantangan Besar

Kabupaten Bojonegoro mempunyai besaran APBD cukup tinggi. Pada tahun 2021, APBD dipatok Rp 6,2 triliun. Anggaran sebesar itu selisih Rp 3,6 triliun dibanding APBD Kota Surabaya. APBD Bojonegoro jauh di atas APBD Kabupaten Tuban yang sebesar Rp 2,4 triliun.

Dengan besarnya anggaran tersebut, memang Bojonegoro akan mampu banyak merealisasikan program pembangunan sebagaimana janji Pemkab Bojonegoro. Diantaranya membangun jalan desa setelah merampungkan jalan cor antar kecamatan.

Ada beberapa catatan akhir tahun yang perlu diperhatikan semua pihak. Pertama angka kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro mengalami kenaikan. Pandemi covid-19 menjadikan angka kemiskinan makin tinggi. Data Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 sebanyak 154.000 orang atau sekitar 12.38 persen. Lantas di tahun 2020 jadi sebanyak 161.000 orang atau sekitar 12.87 persen.

Ironisnya, meski mempunyai APBD cukup besar, namun dengan angka kemiskinan di Bojonegoro masih cukup tinggi. Dengan peningkatan angka kemiskinan sekitar 0.49 poin ini, maka tingkat kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro masih menempati urutan tertinggi nomor 11 di Jawa Timur.

Kedua, bidang kesehatan. Tidak bisa dipungkiri angka kasus positif covid-19 di Bojonegoro cukup tinggi. Ini menjadi PR pemkab dan kita semua untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (prokes). Rencana vaksinasi yang akan dimulai pada Januari 2021 perlu dipersiapkan dengan matang, terutama pelurusan opini terkait kandungan vaksin agar masyarakat tidak ragu-ragu lagi.

Vaksin covid-19 tentu menjadi kabar yang menggembirakan. Namun, ada juga permasalahan yang muncul, yakni Bojonegoro hanya dijatah 750.000 vaksin. Oleh karena itu, Pemkab Bojonegoro harus segera mencarikan solusi untuk sekitar 600.000 warga lainnya. Koordinasi dengan pemerintah pusat perlu segera dilakukan terkait vaksin ini.

Ketiga bidang pendidikan. Sampai hari ini, kualitas pendidikan di Bojonegoro masih kurang menggembirakan. Masih banyak gedung-gedung sekolah yang rusak, padahal di sisi lain kekuatan APBD Bojonegoro cukup tinggi. Seharusnya, Bojonegoro tahun 2020 sudah bebas dari masalah gedung rusak agar tahun 2021 fokus pada peningkatan kualitas pendidikan.

Selain tiga catatan penting itu, masih banyak catatan-catatan lain yang perlu ada pembenahan, seperti manajemen pupuk, program beasiswa 1 desa 2 sarjana, dan beberapa program lain. Pada satu sisi, pemkab Bojonegoro memang mampu meraih prestasi dengan bukti banyak penghargaan yang diraih. Namun pada sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat masih jauh dari bagus. Apalagi, Bojonegoro ternyata masih berada di level 11 kabupaten termiskin di Jawa Timur.

*) Penulis adalah :
1. Alumni Attanwir Talun tahun 1997
2. Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPRD Kab Bojonegoro
3. Sekretaris Komisi C DPRD Kab Bojonegoro
4. Anggota Badan Anggaran DPRD Kab Bojonegoro
5. Aktivis Sosial

No More Posts Available.

No more pages to load.