PEMBUNUHAN KARAKTER ANAK

oleh -
oleh
Kholisatul Khilmiyah

suarabojonegoro.com – Anak merupakan seseorang yang dilahirkan dan merupakan awal atau cikal bakal lahirnya generasi baru sebagai penerus. Anak harus dididik agar memiliki pengetahuan dan kepribadian yang baik. Semakin baik kepribadian dan ilmu yang dimilikinya maka, akan semakin bagus pula masa depan yang akan dicapainya.
Pada dasarnya anak itu selalu menyenangkan dan  identik dengan hal-hal yang lucu dan mengemaskan. Anak merupakan karunia dari sang pencipta yang menjadikan harapan bagi kedua orang tua. Dan seharusnya kepercayaan yang telah diberikan kepada orang tua untuk mendidik anaknya tidak disiasiakan. Semua orang tua itu pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Sehingga menimbulkan kehawatiran yang berlebih.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada orang tua yang terlalu mengekang anaknya dan menimbulkan kepatuhan. Dan memang tujuan awalnya itu untuk kebaikan. Namaun,  yang terjadi malah sebaiknya, dengan ada banyaknya larangan dan aturan yang dibuat oleh orang tua untuk anaknya justru menimbulkan terbunuhnya karakter pada anak tersebut. Dan dalam jangka panjang anak akan kehilangan jati dirinya.

Pembunuhan karakter merupakan suatu kasus dimana seseorang menolak karakter orang lain, karena tidak cocok dengan karakter orang tersebut. Tidak menutup kemungkinan seorang guru secara tidak langsung dapat membunuh karakter anak didiknya. Misalkan ketika siswa siswinya rame di kelas guru  menegur dengan kata-kata yang kasar. Memang seketika itu siswa siswi terdiam, akan tetapi dianmya anak tersebut disebabkan mereka takut oleh ancaman atau hukuman yang akan diberikan oleh sang guru. Kadang pula ada seorang siswa yang sedang mengutarakan pendapatnya tentang suatu hal dan guru tidak berpendapat sama, guru itu langsung menyalahkan pendapat seorang siswa tersebut sehingga menimbulkan terbunuh karakter yang ada pada diri siswa. Akibatnya hilanglah rasa percata diri seorang siswa.

Memang sebagai orang tua ataupun pendidik pasti memiliki masalah pribadi namun tidak seharusnya melampiaskan emosi atupun permasalah kepada seorang anak. Selain itu orang tua ataupun pendidik harus memiliki kesabaran dalam menghadapi tingkah laku sang anak. Serta dapat memahami bahwasanya tiap-tiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. (*)

*) Penulis lahir di Tuban 20 Mei 1997. Beralamat di desa Sandingrowo, kec. Soko kab. Tuban. Berstatus sebagai mahasiswa IKIP PGRI BOJONEGORO. Semester 5  

No More Posts Available.

No more pages to load.