Santri Militan, Santri Milenial dan Kontstribusi untuk Negeri

oleh -
oleh

Oleh : Said Edy Wibowo

SuaraBojonegoro.com – Setiap tanggal 22 oktober selalu di peringati sebagai hari santri nasional dan pada tahun ini memasuki tahun ke 5 hari santri di peringati., Darimana santri lahir?. tentu dari pesantren karena pesantren merupakan pendidikan yang multikompleks. Semua unsur pendidikan baik kognitif, psikomotorik dan afektif komplit diajarkan. Tidak hanya itu saja, unsur spiritualitas, menjadi projek utama sebagai konsen dan unggulan dari pesantren. Dari pesantren akan lahir generasi Santri Militan dan Santri Milenial. Dan sejarah mencatat kaum santri selalu tampil memberi sumbangsih Untuk negeri.

Santri Militan

Santri militan yang penulis maksud, bukanlah militerisasi seperti tentara. Tapi lebih mengacu kepada jiwa disiplin (survive), mengabdi dan pantang menyerah. Disiplin memiliki arti seorang santri harus pintar-pintar membagi waktu setiap hari, mengabdi mengajarkan santri loyalitas dan percaya berkah sebuah pengabdian, juga sifat pantang menyerah karna santri harus banyak berkompetisi bersama dengan yang lain.

Bermula dari pergulatan yang harus dilakukan seorang santri setiap hari, dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali, mulai dari mencuci, membersihkan kamar, mengabdi, belajar, ro’an/kerja bakti, dan lain-lain, menjadikan seorang santri untuk survive atau dapat melengkapi kebutuhannya sendiri. Tidak tergantung kepada orang lain.

Karna semua fasilitas pesantren tergolong sederhana. Menjadi seorang santri harus sekreatif mungkin memanjakan dirinya sendiri. Tidak ada lagi fasilitas dan layanan, layak di rumah. Semua serba sendiri.

Selain harus survive dengan kebutuhan pribadi, santri juga dituntut untuk peka terhadap sosial. Dalam 24 jam mereka harus bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Tidak hanya satu suku, satu bahasa, ataupun bangsa, tapi kadang juga berbeda negara. Semua mempunyai karakter dan tabiat yang berbeda. Semua hal tersebut, melatih santri berkomunikasi dengan baik, saling mengerti kebiasaan orang lain, dan yang paling penting adalah “membiasakan untuk memanusiakan orang lain”.

Kemudian, untuk system pembelajaran, santri tidak hanya belajar ilmu umum (science), tapi lebih banyak diajarkan mengenai keagamaan (releguisitas). Tidak hanya dalam tataran teori, mereka harus konsisten mempraktikan setiap hari. Kewajiban untuk shalat berjama’ah, shalat sunah, shalat tahajud, dan lain-lain. Itu semua untuk melatih kepekaan spiritual mereka.

Seperti yang dikatakan Albert Einsten : “Ilmu tanpa agama itu buta.” Jika otak hanya terisi hitungan matematika, tanpa adanya spiritualitas, niscaya akan banyak orang frustasi di dunia ini. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya angka bunuh diri di Jepang sebab tidak ada iman. Karna hakikatnya, agama mengajarkan kita “harapan dan kepastian” sedangkan matematika hanya mengajarkan “kepastian”.

Setelah itu, mengenai hal pengabdian. Santri biasanya akan dituntut untuk mengabdi di pesantren selama setahun/lebih. Ini untuk memberikan bekal terhadap mereka, mengamalkan apa yang mereka bisa lakukan. Baik ilmu maupun skill tertentu, sesuai dengan kemampuanya masing-masing. Karna segala sesuatu butuh latihan dan pembiasaan. Dan pesantren menyediakan semuanya, sebagai wahana praktik langsung di lapangan.

Santri militan, nantinya akan sangat berfungsi dikala terjun di masyarakat luas. mereka memiliki jiwa mandiri, sosial, dan releguisitas. Loyalitas dan profesionalitas menjadi syarat utama dan pertama untuk hidup dimanapun. Karna inilah, santri selalu dinanti dan diminati.

Santri milenial

Santri Milenial atau santri masakini.Sebenarnya apa definisi santri milenial itu?
Kalau kita tinjau secara bahasa kata santri milenial ini terdiri dari dua kata yaitu santri dan milenial. Sementara santri secara umum memiliki definisi sebagai berikut, Santri adalah sebutan istilah bagi seseorang yang belajar ilmu agama di lembaga pendidikan yang dikenal dengan pondok pesantren. Sementara milenial adalah sebutan bagi generasi Y dan Z.

Ada beberapa ciri karakter Generasi Milenial, antara lain:
Suka dengan kebebasan,
senang melakukan personalisasi,
Mengandalkan kecepatan informasi yang instan, Suka belajar
Bekerja dengan lingkungan inovatif, Confidence, yakni mereka sangat percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat tanpa ragu-ragu, Connected, yakni merupakan generasi yang pandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang mereka ikuti
Berselancar di media sosial dan internet sebagai akibat dari ketergantungan yang tinggi terhadap internet dan media sosial, mereka menjadi pribadi yang malas, tidak mendalam, tidak membumi, atau tidak bersosialisasi
Cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan, kegotong-royongan, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial Cenderung bebas, kebarat-baratan dan tidak memperhatikan etika dan aturan formal, adat istiadat, serta tatakrama.

Jadi santri milenial adalah santri generasi Y dan Z yang hidup di zaman sekarang (santri zaman now). dimana santri milenial adalah santri yang membuat santri lebih modern belajar dengan Hp android, dengan internet yang sangat cepat.

Diakhir tulisan penulis sengaja mengutip guyonan Santri Indonesia melalui beberapa Guyunan santri tapi benar adanya:
Santri itu tetep ngaji walau ekonomi lagi sepi. Santri itu tetep akan jadi dai walau gak masuk tipi.
Santri itu yang selalu berucap “Geh,Yai”, saat diutus Kyai.
Santri itu ngaji dengan hati, tidak dengan rasa benci. Tetep bisa meringis unjuk gigi meski kepala digunduli kyai.
Santri itu karakter paling enjoi, tak ada iri dengki, semua bisa selesai dengan segelas kopi.
Santri itu Ga ada uang masih bisa makan, ga megang hp masih bisa guyonan, banyak setoran hafalan masih bisa tiduran. Santri itu kalo diberi amanat, bismillah. Kalo ga dititipi amanat, alhamdulillah. Santri itu ya tetep hepi walau sepi masih bisa selfi. Santri itu ngaji saklawase, sebab kita adalah manusia yang tak kunjung pandai, Santri itu gak gumunan, gak kagetan. Biasa nerima perbedaan.
Santri itu bisa jadi apa saja demi maslahat bangsanya.
Santri memang bukan TNI atau Polisi, tapi Santri siap menjadi benteng terdepan untuk NKRI.
Dan diera milenial santri Fardhu ain menjadi Promotor Persatuan dan kesatuan Negari.

Selamat hari Santri, 22 Oktober 2019

*)Penulis adalah Guru MAN 5 Bojonegoro

No More Posts Available.

No more pages to load.