Program Pengembangan Ekonomi Nelayan SKK Migas – EMCL

oleh -
oleh

Reporter : Team 

SuaraBojonegoro.com – Momentum Hari Nelayan Indonesia pada 6 April 2019 mengingatkan kita pada kekayaan laut Indonesia. Negeri bahari ini memiliki potensi sumber daya laut yang luar biasa. Namun anugerah tersebut tidak akan bisa dinikmati jika tidak diperlakukan secara bijak.

Indonesia memiliki wilayah seluas 7,81 juta km persegi, dan hampir 50 persennya adalah lautan. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi hasil laut yang begitu besar.

Potensi laut Indonesia ini bisa dimaksimalkan dalam sektor perikanan dan pariwisata. Saat ini, perikanan masih yang utama. Khususnya bagi nelayan, sektor budidaya dan tangkap ikan masih menjadi tumpuan. Namun kenyataannya, jumlah nelayan di Indonesia cenderung menurun.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam sebuah kuliah umum di kampus ITB bertajuk “Prioritas Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Indonesia” menyatakan jumlah rumah tangga nelayan dalam 10 tahun terakhir menurun dari 1,6 juta menjadi 800 ribu. Angka ini didasarkan pada data sensus rumah tangga nelayan.

Nelayan tidak melaut ditengarai karena tangkapan ikan semakin menurun. Tangkapan terus berkurang disebabkan, antara lain karena anomali cuaca dan overfishing.Menyikapi kondisi ini, Menteri Susi dalam acara Under Water Festival pada 2 April 2019, menghimbau agar masyarakat menjaga kelestarian laut. “Kita ambil ikannya tanpa merusak alam,” ucapnya. Upaya-upaya pelestarian seperti pembuatan habitat buatan, adalah inisiatif yang baik menurutnya.

Semangat inilah yang diwujudkan dalam program apartemen ikan di Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Apartemen ikan menjadi solusi untuk menjaga kelestarian dan memulihan sumber daya laut. Apartemen ikan ini juga membantu menjaga ekosistem dan habitat asli ikan. Selain itu, juga dapat difungsikan sebagai pengganti terumbu karang yang rusak.

Program pengadaan apartemen ikan di Desa Karangagung diprakarsai operator minyak dan gas bumi Lapangan Banyu Urip, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas bersama Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tuban serta rukun nelayan. Perakitan dan pelarungannya sendiri dilakukan secara gotong royong oleh para nelayan.

Ketua HNSI Tuban, Faisol Rozi mengapresiasi EMCL dan SKK Migas atas dukungan untuk nelayan di wilayahnya. Dengan apartemen ikan, dia yakin secara bertahap akan meningkatkan tangkapan nelayan.

“Apartemen ikan atau nelayan Tuban menyebutnya rumpon, sangat berguna di laut,” ujar Faisol.

Menurut Faisol, dengan adanya rumpon di laut, ikan bisa berkembang biak dengan baik. Selama ini nelayan Tuban juga menanam rumpon sendiri meski secara tradisional menggunakan bambu, ban, dan furnitur rumah-rumahan.

“Keberadaan apartemen ikan memudahan nelayan pemancing dalam memperoleh ikan, karena biasanya mereka memancing dengan cara menggeret pancing. Sekarang mereka cukup menetap di titik apartemen ikan saja, sehingga hasil tangkap mereka menjadi lebih stabil,” tukasnya.

Kepala Desa Karangagung, Murto menjelaskan, apartemen ikan bantuan EMCL telah dilarungkan sejak Agustus 2018. Kata dia, keberadaan habitat buatan berukuran 7x7x7 meter ini telah memberikan harapan pendapatan ikan bagi para nelayan.

Murto berpesan agar warga bisa menjaga bantuan ini. Selain rumpon, Murto mengatakan bahwa EMCL juga membantu revitalisasi tambat labuh di Karangagung Barat. Menurutnya, bantuan tambat labuh tersebut sangat terasa manfaatnya bagi nelayan, karena kapal aman di kala musimbaratan (angin kencang).

Atas Persetujuan SKK Migas, EMCL juga memprakarsai program peningkatan pendapatan nelayan dan keluarganya dengan program pendampingan pengolahan hasil tangkapan. Produk-produk olahan ini menjadi bertambah nilai jualnya karena dikemas dengan baik. Apalagi dengan sentuhan desain yang sesuai dan promosi yang efektif mampu meningkatkan penjualan produk.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Tuban, Amenan, menjelaskan Tuban mempunyai kampung nelayan dari wilayah Kecamatan Bancar sampai Kecamatan Palang. Sekarang ada 18 ribu lebih orang yang bergantung di pekerjaan ini.

“Kami berharap bantuan-bantuan seperti ini bisa bermanfaat buat nelayan Tuban,” kata Amenan.

Sementara itu, External Affairs Manager EMCL, Dave A. Seta menyampaikan bahwa program-program tersebut adalah komitmen untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan. Bagi EMCL, nelayan adalah mitra. Lancarnya kegiatan operasi minyak di Kapal Alir Muat Terapung FSO Gagak Rimang yang berada di laut Jawa sekitar wilayah Tuban, juga berkat dukungan para nelayan.

“Kami mengapresiasi Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Tuban, khususnya para nelayan yang telah mendukung kesuksesan kegiatan proyek negara di FSO Gagak Rimang,” tuturnya.

Dave menjelaskan, minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip di Bojonegoro dialirkan melalui pipa darat sepanjang 72 km dan 23 km dari pantai Palang ke tengah laut di sekitar wilayah Tuban hingga FSO Gagak Rimang. EMCL bersama Pemerintah Kabupaten Tuban dan pihak Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) perlu memastikan kelancaran dan keselamatan di jalur pipa serta wilayah sekitar FSO tersebut. Sinergi yang baik dengan para nelayan beserta organisasinya telah mewujudkan itu semua.

“Keselamatan nelayan saat melaut di sekitar FSO itu penting bagi kami. Jarak aman 500 meter hingga 1.250 meter yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang kenavigasian, menjadi acuan kita bersama,” imbuh Dave.

Dia berharap, dengan demikian, nelayan bisa melaut aman dan pulang membawa tangkapan.

“Semoga dalam momentum hari nelayan ini, semangat bersinergi semua pihak bisa mendorong peningkatan kesejahteraan nelayan, dan kelestarian sumber daya laut tetap terjaga,” pungkas Dave. (Team/SB) 

No More Posts Available.

No more pages to load.