Inspiratif, Mengubah “Limbah” Menjadi Berkah

oleh -
oleh

SuaraBojonegoro.com – Ngaisah namanya, Perempuan kelahiran 44 tahun lalu ini ibu rumah tangga biasa, layaknya perempuan desa di sekitarnya. Namun ibu dengannya empat anak tersebut patut menjadi inspirasi. Karena dengan keuletannya, dia bisa membawa berkah ekonomi bagi masyarakat Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Sebagai istri dari seorang guru ngaji di mushola dusun, Ngaisah hidup dengan keterbatasan. Meski keadaan sulit, tak membuat dia dan suaminya gentar menyekolahkan anak-anaknya. Perempuan tamatan sekolah dasar ini pun selalu memutar otak agar ekonomi rumah tangganya tumbuh.

Warga di desa tempat tinggal Ngaisah banyak yang menanam pisang. Hampir setiap celah lahan ditanami pisang. Saat berbuah, pohon pisang ditebang. Buahnya diambil, batang pohonnya dibuang. Inilah yang menjadi inspirasi ibu berkerudung tersebut untuk berbuat sesuatu demi keluarga dan lingkungannya.

Ngaisah melihat batang-batang pohon pisang itu berserakan begitu saja. Semacam “limbah” dari kebun pisang. Dia tergerak untuk memanfaatkannya.

“Saya teringat cerita nenek saya bahwa bagian dalam batang pisang bisa dimakan,” kenang Ngaisah.
Ngaisah pun mengambil batang pisang yang dibuang warga. Dengan kreativitas dan keuletannya, dia mengubah bagian dalam batang pisang atau yang dikenal dengan istilah “ares” itu, menjadi keripik yang lezat dan laris di pasaran. Tersebutlah keripik ares khas Bojonegoro dengan label “Zimafar Snack”.

Saking banyaknya pesanan, Ngaisah kemudian mempekerjakan keluarga dan tetangganya. Warga yang dulunya membuang batang pohon pisang, kini menjualnya kepada Ngaisah. Ide kreatifnya telah mendorong peningkatan taraf ekonomi di sekitarnya.

Perjalanan kisah kreasi keripik ares pisang itu tidak terjadi begitu saja. Ngaisah telah melalui berbagai percobaan yang tidak mulus. Mulanya Ngaisah membuat untuk dikonsumsi sendiri, lalu berikutnya dia bagikan kepada tetangga-tetangga. “Ada yang suka, ada juga yang ngasih masukan,” tuturnya seraya tersenyum lebar.

Ngaisah mencoba lagi dengan memberi rempah-rempah dalam terigu yang membungkus hati pisang itu. Pada tahap ini, ia sudah mengerjakan serius untuk dipasarkan. Sebagai awalan, dia mendistribusikan produknya ke toko-toko dan warung-warung sekitar desa. Dia memberikan produknya secara cuma-cuma. Targetnya untuk mencoba respon pasar.

Ternyata produknya habis. Sejak itu dia menambah produksi dan menjualnya di warung-warung dengan kemasan seadanya. Produk yang dijualnya pun berupa kerupuk mentah. Konsumen harus menggorengnya dulu sebelum dimakan. “Harga per kilogram waktu itu masih Rp3.000,-,” tuturnya.

Ngaisah terus berusaha mengembangkan usahanya. Dia pun disarankan oleh tetangganya untuk mengurus ijin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) agar bisa masuk supermarket. Namun Ngaisah kesulitan. Dia tidak tahu bagaimana prosesnya dan merasa upayanya mentok di situ.

“Setelah itu saya ikut Program Ibu Inspirasi. Dalam program ini saya diajari banyak hal. Saya juga jadi tahu kalau ares ini banyak manfaat dan khasiatnya,” ucapnya.

Program yang diprakarsai ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan didukung SKK Migas ini memberikan pendampingan kepada Ngaisah. Selama program, dia diberikan pelatihan-pelatihan bisnis meliputi pelatihan keamanan pangan, pelatihan label dan kemasan, pembukuan, perencanaan bisnis, pemasaran daring, serta pelatihan kepemimpinan dan gender. Selain itu Ngaisah juga didampingi untuk pengurusan No. PIRT, pembuatan kemasan, dan didampingi pemasarannya.

“Kini kemasan dan desainnya sudah bagus, pesanan juga makin banyak, harganya jadi naik 300 persen,” ungkap Ngaisah yang mengaku mendapat dukungan penuh dari keluarga.

Ngaisah tidak mau sukses sendiri. Dia pun mengajak tetangga-tetangganya mengumpulkan ares pisang. Dia mengajarkan tetangganya itu cara mengambil bahan ares pisang yang baik, kemudian hasilnya dia beli untuk diolah menjadi keripik.

Untuk inovasi, Ngaisah menambahkan daun pepaya ke dalam komposisi adonan yang ternyata selain mempercantik penampilan, juga menambah varian rasa produknya. Bahkan, sekarang sudah ada produk premium yang bebas penyedap rasa (MSG) dan menggunakan kemasan non plastik yang ramah lingkungan.

“Alhamdulillah setidaknya saya bisa mengurangi sampah batang pisang dan bisa menambah penghasilan para tetangga,” pungkasnya.

Komitmen Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Hingga saat ini, melalui berbagai program pengembangan ekonomi, EMCL telah melaksanakan pengembangan kapasitas kepada 858 pelaku Usaha Mikro Kecil di lima kecamatan dari Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Mereka diberikan pelatihan, pendampingan, dan dihubungkan dengan pasar.

“Kami berkolaborasi dengan pemerintah, komunitas UMKM, dan elemen masyarakat lainnya agar para pelaku usaha ini bisa tumbuh dan berkembang,” ucap External Affairs Manager, Dave Seta.

Kata Dave, EMCL juga memberikan akses finansial kepada masyarakat yang membutuhkan modal untuk usaha melalui koperasi keuangan, Pusat Inkubasi Bisnis, dan juga melalui program akses permodalan bagi usaha perempuan melalui metode Grameen Bank.

“Modal keuangan juga penting dalam pengembangan usaha mereka, oleh karena itu kami membantu membuka akses kepada sumber-sumber finansial itu,” imbuhnya.

Akses pasar, adalah unsur berikutnya yang menjadi perhatian EMCL dalam mengembangkan program. EMCL membantu pelaku usaha mendapatkan pasarnya. Agar bisa diterima pasar, EMCL memberikan peningkatan kapasitas kepada mereka dalam mengembangkan kualitas produk. Antara lain dengan cara membuat kemasan yang menarik, promosi daring, mendirikan ruang pamer dan ikut serta di berbagai pameran.
“Selain itu juga kami mengupayakan untuk mengikat pasar melalui perjanjian dengan para pelaku usaha ini,” ucap Dave.

Dave menjelaskan bahwa semua upaya, dukungan, dan komitmen ini bisa terwujud atas dukungan dan persetujuan SKK Migas. Koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban juga adalah kunci keberlanjutan program. Kolaborasi juga dilaksanakan hingga tingkat elemen masyarakat paling bawah.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro, Elza Deba Agustina mengapresiasi apa yang telah dilakukan EMCL. Menurutnya, kolaborasi antara usaha besar dengan usaha kecil akan memperkuat ekonomi masyarakat dan daerah.

“Pemerintah akan selalu mendukung upaya ini,” ungkapnya.
Elza berpesan agar para pelaku usaha mikro kecil konsisten dalam menjalankan usahanya. Kata dia, dalam setiap usaha pasti ada naik turunnya, namun motivasi harus tetap dijaga. Oleh karena itu, imbuh dia, komunikasi yang baik antar pelaku usaha juga penting. Saling berbagi pengalaman, dan bahkan kerja sama bisnis.

“Di Bojonegoro, pertumbuhan UKM ini sangat bagus. Kami terus berupaya agar mereka terus maju dan berkembang,” pungkasnya. (Team/Adv)

No More Posts Available.

No more pages to load.