Ponpes Anak Punk di Sugihwaras Gunakan Metode Air

oleh -
oleh

Reporter : Bima Rahmat

SuaraBojonegoro.com – Pondok pesantren Mambaul Ulum, Desa Sugihwaras, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro, merupakan pondok pesantren yang didirikan oleh K. Ahmad Maksun, untuk merangkul anak-anak punk yang terjaring baik Kepolisian maupun Satuan Polisi Pamong Prja (Satpol PP) Kabupaten Bojonegoro. Sabtu (22/12/18).

Ahmad Maksun, pengasuh pondok pesantren Mambaul Ulum, menyatakan bahwa dalam membina anak-anak punk untuk kembali menjadi anak sediakala dirinya menggunakan metode air. Hal ini dikarenakan unsur tubuh manusia yang 80 persen terdiri dari air.

“Jika air dikasih doa-doa, kita menyakini bahwa itu akan merubah karakter mereka,” katanya.

Di pondok pesantren ini, anak-anak jalan terlebih dahulu dirubah karakter yang semula terbiasa hidup bebas dijalanan menjadi anak yang terkontrol hidupnya. Selanjutnya metode yang lain adalah menanamkan kepercayaan pada anak punk tersebut.

“Dan harus punya perhitungan terhadap pendidikan anak-anak ini,” ujarnya.

Setalah nelalui metode ini, lanjutnya, anak-anak punk tersebut selanjutnya etika. Yangmana penekanan etika ini diharapkan akan menjadi kebiasaan pada anak.

“Sholat jamaah menjadi kebiasaan, mengaji menjadi kebiasaan, berzikir mrnjadi kebiasaan,” tambahnya.

Ahmda Maksun, menuturkan jika rata-rata anak punk yang terjaring dijalanan yang diasuhnya rata-rata merupakan pelarian dari permasalahan keluarga. Selain itu anak-anak punk ini juga merupakan korban dari salah pergaulan.

“Kalau salah pergaulan itu mudah. Kalau faktor keluarga itu yang sulit,” jelasnya.

Dari kedua faktor tersebut, faktor keluargalah paling sulit. Hal ini dikarenakan saat anak tersebut kembali ke keluarganya dan mendapati ketidak nyamanan dikeluarga maka ada kemungkinan anak tersebut akan kembali hidup dijalan.

“Yang menetap di pondok ada 11 anak, sekitar satu tahunan,” ucapnya.

Berdasarkan MoU, dengan instansi terkait, pondok pesantern Mambaul Ulum, ini hanya membina selama 1 bulan. Selain itu di pesantren ini juga membina Anak Berhadapan drngan Hukum (ABH). Dengan adanya pondok pesantern tang menagani anak-anak punk ini dirinya berharap akan mampu sedikit mempu meringankan tugas negara terkait persoalan generasi penerus bangsa.

“Ini tanggungjawab kita bersama,” tuturnya.

Dalam kesempatan ini Ahmad Maksun, menjelaskan bahwa dalam membina anak-anak jalanan, dirinya tidak pernah menuntut apa-apa dari pemerintah. Untuk pembiayaan sehari-hari Ahmad Maksun, mengandalkan dari hasil oengelolaan sawah. Yangmana dari hasil sawah tersebit dipergunakan untuk kebutuhan makan anak-anak punk selama satu tahun.

“Nanti ada bantuan dari Dinas Sosial, mungkin setiap empat bulan sekali. Ngak masalah, tanpa mereka pun kita mampu. Kita hanya butuh dukungan,” pungkasnya. (Bim/red).

No More Posts Available.

No more pages to load.