,

RTIK Bojonegoro mengembangkan perpustakaan digital bagi 10 sekolah di Bojonegoro

oleh -
oleh

SUARABOJONEGORO.COM – Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang sesuai dengan karakter dan lingkungan siswanya. Pendidikan bagi generasi yang lahir pada era digital tentu juga harus menyesuaikan dengan perkembangan ini.

Berangkat dari pemikiran itulah, Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Bojonegoro berkolaborasi dengan para guru, sekolah, dan Dinas Pendidikan untuk mengembangkan pendidikan berbasis digital. Sebagai organisasi yang berfokus pada dunia teknologi informasi, RTIK Bojonegoro selama satu tahun terakhir ini telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan daring.

Bulan lalu, RTIK Bojonegoro pun meluncurkan program “E-library dan Perpustakaan Digital” untuk beberapa sekolah dan lembaga pendidikan di Bojonegoro. Ketua RTIK Bojonegoro Rifaun Naim mengatakan, perpustakaan digital menjadi teknologi baru untuk pendidikan agar mencapai visi pendidikan yang menarik. Perpustakaan Digital dirancang untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Para siswa bisa memperoleh beragam materi dan referensi belajar secara daring.

“Melalui program ini, kita berupaya memberi kemudahan kepada siswa dan guru yang saat ini rata-rata sudah sangat terbiasa dengan gawai dan internet,” ucap pria yang biasa disapa Faun itu.

Faun mengatakan, dalam proses mewujudkan program ini, RTIK perlu dukungan modal, moral, dan semangat para relawan. Modal diperlukan untuk pengadaan perangkat keras dan berbagai alat pendukungnya. Sedangkan dukungan moral mereka butuhkan dari para guru, pegiat pendidikan, dan orangtua siswa. “Semangat para relawan juga sangat penting, karena tanpa mereka, program yang kami jalankan tidak bisa berkelanjutan,” imbuhnya.

Kegiatan yang dilakukan RTIK ini mendapat sambutan baik dari para guru dan sekolah. Dinas Pendidikan kabupaten dan provinsi juga memberikan dukungan kepada mereka. Berbekal inilah, Faun dan teman-temannya yakin, upaya mereka akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan pendidikan di Kabupaten Bojonegoro.

“Dalam menjalankan program ini, kami mendapat dukungan penuh dari ExxonMobil Cepu Limited,” tuturnya.
Faun mengapresiasi ExxonMobil yang selalu mendukung kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.

Selain mendukung pendanaan progam, ExxonMobil juga memberi sumbangsing ide dan pemikiran. “Kolaborasi positif ini sangat membantu kami.”

Dalam pengembangan E-library di Bojonegoro, RTIK menempatkan server di tiga lokasi. Antara lain di gedung Pusat Belajar Guru (PBG) Bojonegoro, SMAN 1 Kalitidu, dan SMPN 1 Gayam. Meski server diberikan kepada tiga lembaga tersebut, namun semua sekolah yang didampingi RTIK dalam program ini bisa menggunakan server tersebut.

Sejak Mei tahun lalu, RTIK mendampingi 10 sekolah di Kabupaten Bojonegoro. Secara intensif,
20 guru yang menjadi perwakilan dari sekolah-sekolah tersebut, mendapatkan pelatihan mengelola perpustakaan digital.

Pengurus PBG Bojonegoro Anam Syaifudin, menyampaikan terima kasih kepada RTIK dan ExxonMobil atas bantuan tersebut. Menurutnya, server sangat bermanfaat dalam memberi kemudahan akses perpustakaan.
“Kami sangat senang mendapatkan bantuan server dan mendapatkan pelatihan tentang perpustakaan digital. Di PBG banyak sekali buku yang bisa kita masukkan ke jurnal yang ada di perpustakaan digital. Jadi, orang yang mencari tidak perlu susah-susah”, ucapnya.

Sementara itu perwakilan EMCL Galih Tiara bahwa program ini diinisiasi EMCL bersama RTIK Bojonegoro sebagai dukungan kepada Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Berbagai program pendidikan telah dijalankan ExxonMobil yang bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ahli di bidangnya.

“Untuk pengembangan pendidikan digital, kami kerjasama dengan organisasi RTIK ini. Menurut kami, RTIK kompeten di bidang ini,” kata perempuan yang biasa disapa Rara itu.
Menurut Rara, pengembangan pendidikan dengan teknologi informasi ini penting untuk dilakukan. Sasarannya tidak hanya siswa sebagai generasi millennial, namun juga guru. Bagi dia, guru menjadi kunci kesuksesan sebuah proses pendidikan.

“Upaya kita melalui prakarsa pendidikan berkutat pada bagaimana caranya kita dapat terus memperbaiki proses belajar-mengajar. Program pendidikan kita menyasar para guru dan manajemen sekolah agar dapat membuat situasi belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan dan aktif,” tuturnya.

Rara memaparkan, hampir 3.000 guru di Bojonegoro, Blora, dan Tuban telah memanfaatkan program pendidikan dari EMCL. Guru tersebut terdiri dari guru pendidikan anak usia dini, guru sekolah dasar hingga guru sekolah menengah.

Selain itu, lanjut dia, lebih dari 33.000 pelajar telah disentuh oleh program EMCL. Dan lebih dari 90 gedung sekolah telah diperbaiki. Mereka pun sekarang memiliki sekolah yang lebih baik— ruang kelas yang layak, kamar kecil yang bersih, laboratorium, dan perpustakaan.

“Pelajar tersebut adalah bibit yang mesti kita rawat agar memungkinkan mereka menjadi pemimpin masa depan Indonesia,” pungkasnya. (Team/Adv)

No More Posts Available.

No more pages to load.