Membuka Peluang Kerja dengan Memanfaatkan Potensi Lokal 

oleh -
oleh
FOTO: Calon Bupati Bojonegoro, Soehadi Moeljono (berkopyah hitam) saat menyalami warga Bojonegoro.

SUARABOJONEGORO.COM – Program pengembangan keterampilan soft skill berbasis teknologi informasi, dan sumber daya lokal secara gratis bagi warga desa yang belum bekerja dari pasangan Cabup dan Cawabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, disambut positif kalangan kepala desa (Kades) di Bumi Angling Darma.

Para petinggi desa menilai program tersebut, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, dan membuka peluang kerja.

Kades Mojodeso,  Kecamatan Kapas,  Warsiman, menjelaskan,  potensi usaha yang bisa dikelola warga  setempat di wilayahnya saat ini adalah pengelolaan daur ulang sampah. Limbah tersebut potensial diolah menjadi karya seni.

Di Mojodeso mengolah sampah berawal dari pelatihan yang diberikan Dinas Sosial dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro. Meski sekarang pelatihan sudah tidak ada lagi, namun hasil pelatihan itu sudah mulai dikembangkan warga dan ditularkan kepada lainnya.

Agar pengolahan sampah tersebut
meningkat, menurut Warsiman, dibutuhkan dukungan Teknologi Informasi (TI). Karena, di zaman sekarang ini kecanggihan teknologi mampu mengembangkan usaha masyarakat.

“Kalau pelatihan TI sudah pernah ada, hanya perlu ditingkatkan saja,” kata dia kepada wartawan, Senin (9/4/2018).

Pihaknya berharap, kedepan ada peran pemerintah dalam menampung, dan memasarkan hasil atau produk yang dikelola masyarakat. Kendala selama ini adalah pemasaran.

“Itu butuh peran pemerintah,” pungkasnya.

Sementara, Kades Deling, Kecanatan Sekar, Didik Priyoman, menjelaskan, di wilayahnya banyak terdapat tanaman pisang yang kemudian dimanfaatkan warga sekitar untuk membuat keripik setelah mereka mendapat pelatihan.

“Tapi masih butuh pendampingan, dan pelatihan secara berkala” ujarnya.

Menurutnya, dukungan yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha tersebut adalah permodalan. Karena, saat ini mulai banyak yang ikut serta membuat keripik pisang dan melayani permintaan dari luar Bojonegoro.

Selain itu, juga dukungan TI agar masyarakat dapat mengembangkan usahanya lebih pesat lagi. Karena selain pisang, banyak potensi lainnya yang perlu dikembangkan seperti ketela pohon, dan lainnya.

“Karena sampai saat ini belum semua masyarakat di sini paham akan TI sehingga butuh pelatihan supaya mendukung peningkatan usahanya,” harap Didik.

Baik Warsiman maupun Didik, mengaku mendukung program pengembangan keterampilan bakat berbasis TI dengan memanfaatkan sumberdaya lokal bagi warga yang belum bekerja. Karena dengan program tersebut  akan  mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga.

“Warga akan memiliki nilai tambah ekonomi, dan bisa mengurangi pengangguran,” pungkasnya.

Sesuai data di Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Bojonegoro, tiap tahunnya mengalami peningkatan. Untuk tahun 2016, jumlah pengangguran mencapai  22.234, tahun 2017 meningkat sebanyak 23.320, dan tahun 2018 per Januari sebanyak 23.329 orang.

“Meningkatnya angka pengangguran itu karena adanya ketimpangan antara besarnya pencari kerja dibandingkan kebutuhan,” sambung  Kasi Informasi Pasar Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Disperinaker Bojonegoro, Sugihartono, dikonfirmasi terpisah.

Menanggapi hal tersebut, Cabup Soehadi Moeljonoenyatakan, program pengembangan keterampilan soft skill berbasis teknologi informasi dan sumber daya lokal ini akan menciptakan usaha-usaha baru di pedesaan sehingga akan dapat membuka peluang kerja.

“Kita juga akan membantu mempermudah akses permodalan dan pasar agar produk usaha mereka berkembang dan bisa meningkatkan perekonomian warga,” pungkas cabup yang berpasangan dengan Kader NU, Mitroatin ini. (*/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.