Siapkan BUMDes Sebagai Motor Ekonomi Desa

oleh -
oleh
Reporter: Monika

SuaraBojonegoro.com – Pengembangan potensi desa tidak sekadar mengangkat eksistensi desa, sumber pemasukan juga dibutuhkan agar masyarakatnya mandiri. Diantara penopang ekonomi desa adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Diantara BUMDes di Kabupaten Bojonegoro yang sudah menggeliat adalah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo. Unit usaha ini berhasil menangkap peluang usaha di bidang kerajinan gerabah yang merupakan potensi di desa tersebut.

 Ketua BUMDesa Rendeng, Mujtaba,  mengatakan, gerabah merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar, sehingga menjadi daya tarik wisata edukasi.

 “Kita kerja sama dengan karang taruna mengelola produksi gerabah menjadi edukasi wisata,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (21/2/2018).

 Destinasi itu BUMDes mampu menggerakan perekonomian masyarakat, dan menyumbang pendapatan desa. Beberapa kegiatan usahanya diantaranya, menjual produk gerabah, souvenir, dan membuat event.

 Kerjasama yang baik antara BUMDes dengan masyarakat selama ini sangat baik, juga didukung Pemda setempat. Misalnya, dari Bappeda, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker), maupun Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar).

 “Bentuk dukungannya seperti pelatihan maupun pembangunan infrastruktur,” ungkap Mujtaba.

Saat ini BUMDes Rendeng bersama pemerintah desa menggelar  Festival Gerabah, sebagai ajang promosi Desa Rendeng sebagai  desa wisata gerabah.

Secara terpisah Ketua BUMDes Muji Rahayu Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Edi Suparmin, mengatakan, keberadaan BUMDes  dapat memperkuat lembaga-lembaga ekonomi desa. Sekaligus  menjadi alat pendayagunaan ekonomi lokal sesuai potensi desa.

 “Melalui BUMDes kita bisa saling sinergi, bergotong royong, dan menggalang kekuatan ekonomi demi mewujudkan kemakmuran masyarakat desa,” tegas Edi Suparmin.

 BUMDes Muji Rahayu saat ini bermitra dengan kelompok peternak mengembangkan usaha peternakan. Sistemnya bagi hasil antara kelompok peternak dari Mojodelik dengan BUMDes.

 “Jika rintisan usaha ini sukses, kita akan mengelola usaha lainnya,” tegas Parmin.

 Diakuinya, sejak berdiri pada Juli 2017  hingga saat ini belum ada bantuan dari Pemerintah Desa Mojodelik, maupun Pemkab Bojonegoro. Padahal apabila BUMDes diberi modal, maka dapat mengembangkan usaha dan membantu mempercepat kesejahteraan masyarakat desa.

 “Karena itu, kami sangat berharap, Bupati Bojonegoro yang baru nanti benar-benar memperhatikan BUMDes. Memberikan pendampingan, pelatihan dan membantu permodalan,” harapnya.

Sedangkan warga Mojodelik, Gunawan, menilai, keberadaan BUMDes penting karena dapat memfasilitasi usaha-usaha kecil di desa, agar berkembang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 “Misalnya usaha air bersih melalui HIPPAM, usaha bisnis penyewaan melalui usaha alat transportasi, perkakas pesta, dan masih banyak lagi peluang usaha yang bisa ditangkap,” sambung Gunawan.

 Data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Bojonegoro menyebut, dari 419 desa saat ini sudah terbentuk 223 BUMDes, dan sekitar 100 diantaranya masih aktif.

 DPMD terus mendorong semua pemerintah desa membentuk BUMDes untuk menambah Pendapatan Asli Desa (PADes). Sekaligus  sebagai lembaga ekonomi untuk menyejahterakan masyarakat desa.

 “Sirkulasi ekonomi dan keuangan tidak keluar dari desa. Pemerintah desa juga bisa melakukan penyertaan modal kepada BUMDesa,” sambung Kasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa, DPMD Bojonegoro,  Ajir, saat dikonfirmasi wartawan secara terpisah.

Dengan pembentukan BUMDes ini dapat memanfaatkan potensi desa, baik dari segi peternakan, penjualan, pariwisata, pembayaran listrik, pulsa, simpan pinjam, pengelolaan bank sampah, maupun lembaga sosial masyarakat. Unit usaha desa ini bisa kerjasama dengan perbankan.

 Dia mencontohkan, BUMDes Maju Bersama di Kecamatan Sugihwaras, gabungan dari BUMDes dari Desa Bulu, Panunggalan, dan Desa Siwalan. Mereka  mengembangkan usaha simpan pinjam, maupun bidang pertanian.

“Perkembangan BUMDesa ini tergantung pemerintah desa, pemerintah kabupaten sifatnya memfasilitasi dan mendorong,” jelasnya.

 Dia mengakui yang masih menjadi kendala BUMDes saat ini adalah segi sumber daya manusia (SDM), dan modal usaha.

Saat diminta tanggapan terkait kondisi BUMDes,  salah satu Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, mengatakan, sebenarnya dia bersama pasangannya Cawabup Mitroatin, telah menyiapkan program khusus untuk  pengembangan BUMDes.

Diantaranya, akan didampingi program pelatihan bidang manajerial, kelembagaan, dan bisnis agar seluruh BUMDes makin matang. Apabila BUMDes bisa menjadi motor penggerak perekonomian desa, maka kesejahteraan warga bisa tercapai.

 “Ini sangat penting agar BUMDes lebih professional dalam mengelola usahanya. Sehingga investor atau mitra yang digandeng akan lebih percaya untuk berinvestasi,” kata Pak Mul, sapaan akrabnya.

Dalam kurun lima tahun ke depan, pihaknya juga telah menyiapkan pembangunan desa berorientasi pada karakteristik khas sumber daya lokal, dan sumber daya potensial yang dapat menjadi unggulan desa.

Hal itu untuk menguatkan perekonomian desa, dan modal sosial budaya desa, sesuai kaidah one village, one product.

 “Melalui program ini BUMDes akan lebih mudah mengembangkan dan mengelola usahanya,” pungkas mantan Sekda Bojonegoro tersebut.(Nik/Red)

Foto: Dok. suarabojonegoro.com

No More Posts Available.

No more pages to load.